Ketua KPID Jakarta Ingatkan Ramadhan sebagai Bulan Kawah Candradimuka Pembentukan Insan Kamil Muttaqin

Jakarta – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DKI Jakarta, Puji Hartoyo, SE., M.M., menyampaikan ceramah dalam acara bertajuk “Tausiyah Ramadhan” di Aula Utama Lantai 8, Gedung Graha Mental Spiritual, Jakarta Pusat, Selasa (11/3).

Dalam acara yang dihadiri oleh sejumlah staf dan pegawai dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah DKI Jakarta (KPID DKI), Koordinasi Dakwah Islam (KODI), Badan Amil Zakat Nasional Provinsi DKI Jakarta (BAZNAS DKI), Komisi Informasi DKI Jakarta (KI DKI), Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ), Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) ini, Puji mengangkat ceramah berjudul: “Ramadhan Bulan Kawah Candradimuka Pembentukan Insan Kamil Muttaqin”.

Dalam ceramahnya, Puji Hartoyo menyampaikan bahwa Ramadhan bukan sekadar bulan penuh berkah, tetapi juga menjadi kawah candradimuka bagi umat Islam dalam membentuk diri menjadi insan kamil muttaqin, manusia yang sempurna dan bertakwa.

Dalam ceramahnya, Puji Hartoyo menekankan bahwa Ramadhan adalah bulan yang istimewa karena Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan ini, tepatnya pada 17 Ramadhan, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 185.

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”

Ayat pertama yang diturunkan, Surah Al-Alaq ayat 1-5, mengandung perintah fundamental bagi umat Islam, yaitu Iqra’—bacalah.

“Membaca dalam konteks ini bukan hanya sebatas membaca teks, tetapi juga membaca dan memahami fenomena kehidupan (ayat-ayat Qouliyah dan Qouniyah),” jelas Puji Hartoyo, Ketua KPID DKI.

Puji Hartoyo menjelaskan bahwa Iqra’ memiliki makna mendalam, yakni perintah untuk membaca segala sesuatu yang ada di alam semesta. Ini mencakup ayat Qouliyah (wahyu dalam Al-Qur’an) dan ayat Qouniyah (tanda-tanda kebesaran Allah di alam raya).

Menurutnya, Al-Qur’an adalah pedoman hidup, yang berisi hukum-hukum, moralitas, dan sejarah umat manusia. Melalui kisah-kisah dalam Al-Qur’an, umat Islam dapat belajar dari peristiwa masa lalu, seperti kisah Luqman, Ashabul Kahfi, Nabi Musa dan Firaun.

Begitupun dengan adanya, fenomena alam seperti pergantian siang dan malam, perubahan cuaca, serta keseimbangan ekosistem merupakan bukti kebesaran Allah.

“Dalam Surah Al-Kahfi ayat 109, Allah menegaskan bahwa ilmu-Nya tak terbatas, melebihi luasnya lautan dan jumlah pohon di dunia yang dijadikan pena,” katanya.

Oleh karena itu, Puji mengajak hadirin untuk menjadikan Ramadhan ini sebagai momentum pembelajaran berarti umat Islam untuk mengasah akal, meningkatkan ilmu, dan memperdalam pemahaman agama.

Dalam ceramahnya, Puji Hartoyo juga mengingatkan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifatullah fil ardh (wakil Allah di bumi), sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 30.

Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas besar antara lain menjaga dan merawat bumi, membimbing manusia menuju keimanan, menegakkan hukum Allah, dan membangun keseimbangan hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam

Untuk menjalankan peran ini, ilmu menjadi kunci utama. Rasulullah SAW menegaskan dalam hadisnya, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim” (HR. Muslim).

Selanjutnya, Puji Hartoyo menyoroti kejayaan Islam pada abad ke-6 hingga ke-12, di mana agama, ilmu, dan peradaban berjalan beriringan.

“Saat itu, lahir para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina ahli kedokteran), Al-Khawarizmi ahli matematika), Al-Kindi ahli filsafat, dan Jabir Ibn Hayyan ahli kimia.

Selain itu, Puji menyinggung bagaimana China bangkit menjadi kekuatan teknologi dan ekonomi dunia berkat investasi besar-besaran dalam ilmu pengetahuan sejak era Mao Zedong hingga era modern.

“Saat ini, China telah melampaui Amerika Serikat dalam beberapa bidang teknologi, seperti AI dan energi terbarukan,” ungkapnya.

Dari sejarah ini, kata Puji, umat Islam harus mengambil pelajaran bahwa kemajuan suatu peradaban sangat bergantung pada ilmu dan pendidikan.

Dengan menjadikan Ramadhan sebagai momentum peningkatan ilmu dan spiritualitas, umat Islam dapat kembali mengukir kejayaan.

Puji Hartoyo menutup ceramahnya dengan mengajak umat Islam menjadikan Ramadhan sebagai bulan pembentukan karakter, penguatan ilmu, dan peningkatan ketakwaan.

“Jika umat Islam kembali kepada Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, maka kebangkitan peradaban Islam bukan sekadar mimpi, melainkan sebuah keniscayaan,” ujar Puji menutup ceramahnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *