Kenapa Harus Anies Baswedan (4)

Oleh: Abdullah Hehamahua, Mantan Penasehat KPK

Korupsi dapat mengakibatkan Indonesia: (a) Hilang dari peta bumi; (b) Menjadi beberapa negara baru; dan atau (c) Menjadi jajahan AS atau China. Itulah sebabnya, UNCAC, yakni lembaga PBB tentang korupsi menyebutkan, indikator ketiga, korupsi sebagai kejahatan luar biasa adalah “dampak yang luar biasa.”

Bacaan Lainnya

Artikel seri keempat ini mengkomunikasikan dampak korupsi yang pertama berupa kemungkinan hilangnya Indonesia dari peta bumi. Beberapa indikator, antara lain pada tahun 1955, kampung Legetang, Banjarnegara, Jawa Tengah, terkubur dengan seluruh penduduknya, 315 orang. Tsunami Aceh (2004) mengorbankan 227.898 jiwa. Tsunami Palu (2018) mengorbankan 4.340 orang. Tsunami Pangandaran (2007), mengorbankan 668 jiwa. Gempa bumi Sumatera Barat (2009), 1.100 korban jiwa. Gemba bumi di NTB (2018) mengorbankan 555 jiwa. Penyebab semua bencana itu karena kemaksiatan yang dilakukan penduduk.

Anies Baswedan, dalam kontek ini layak menjadi presiden 2024. Sebab, beliau punya komitmen untuk memberantas kemaksiatan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan penutupan sebelas tempat maksiat di Jakarta sewaktu beliau memimpin DKI.

Indonesia Hilang dari Peta Bumi

Al Qur’an mengisahkan bagaimana Allah SWT menenggelamkan kaum Nabi Nuh, menghancurkan perkampungan Sodom, serta membumi-hanguskan kaum Ad dan Tsamud. Penyebab kesemuanya, seperti disebutkan Al-Qur’an sendiri, masyarakat menyembah patung, berjudi, minum arak, seks bebas, homoskes, lesbian, korupsi, dan hedonis.
Legetang adalah sebuah desa Makmur, tidak jauh dari dataran tinggi Dieng-Banjarnegara, Jawa Tengah. Penduduknya relative makmur sekalipun hanya berprofesi sebagai petani. Tanamannya subur, baik berupa sayuran, kentang, wortel, kobis, dan sebagainya. Namun, mereka bukan bersyukur, tapi justru melakukan pelbagai kemaksiatan.
Perjudian dan minuman keras merajalela di kampung Legetang ini. Tiap malam mereka mengadakan pentas lengger, kesenian tradisional yang dibawakan oleh para penari perempuan. Ujungnya, terjadi perzinahan. Bahkan, sampai-sampai, ada anak lelaki yang malah berzina dengan ibunya sendiri.
Allah SWT, sebagaimana dikisahkan Al-Qur’an mengenai kaum nabi Nuh, Luth, dan Saleh, terjadi pula terhadap kampung Legetang. Olehnya, pada tanggal 17 April 1955, malam hari, turun hujan lebat di kampung ini. Pada waktu yang sama, penduduk tetap saja bermaksiat. Tengah malam, ketika hujan reda, terdengar suara keras seperti bom besar dijatuhkan di kampung tersebut. Dentuman keras itu terdengar sampai ke desa-desa tetangga. Namun, penduduk kampung jiran tersebut, tidak ada satu pun yang berani keluar. Sebab, selain suasana gelap, jalanan pun licin.
Besok paginya, penduduk di sekitar kampung Legetang terperanjat menyaksikan kondisi desa tersebut. Mereka menyaksikan puncak gunung Pengamun-amun terbelah. Dahsyatnya, kampung Legetang tertimbun tanah dari irisan puncak gunung tersebut. Bahkan, ia berubah menjadi sebuah bukit, di mana seluruh kampung dan warganya terkubur di bawahnya. Legetang yang tadinya berupa lembah, kini berubah menjadi sebuah gundukan tanah baru berupa bukit.
Penduduk jiran Legetang heran. Sebab, jika gunung Pengamun-amun longsor, maka longsoran itu pasti hanya akan menimpa lokasi di bawahnya. Ini karena, di antara kampung Legetang dan gunung Pengamun-amun, ada sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Namun sungai dan jurang itu sama sekali tidak terkena longsoran gunung Pengamun-amun yang longsor tersebut. Maknanya, potongan gunung tersebut terangkat dan jatuh menimpa kampung Legetang. Siapa yang mampu mengangkat sebagian gunung itu jika bukan Allah Yang Maha Kuasa? Hal yang serupa terjadi ketika beberapa rumah di Sulawesi Tengah diterbangkan ke udara kemudian dimasukkan ke dalam bumi. Tak ubahnya, ibu-ibu di dapur memblender buah. Wajar jika Allah SWT berfirman: “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa, Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS Al Mulk: 16).

Indonesia Darurat Seks Pranikah

Salah satu bentuk korupsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang melegalkan kemaksiatan. Apa yang dilakukan Anies Baswedan terhadap 11 perusahan penginapan dan hiburan di Jakarta, berkaitan erat dengan korupsi. Apalagi kemaksiatan masyarakat karena mereka mengikuti pemipinnya. Bahkan, kemaksiatan berupa kebebasan seks pranikah dilakukan murid-murid SMP dan SMA.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Ariet Merdeka Sirait mengungkapkan, hasil survei yang dilakukan (2015), ada 93,7% siswi SMP dan SMA di Kota X, Jawa Barat, sudah tidak perawan. Menurutnya, dari angka tersebut, 61,2% di antaranya mengaku menggugurkan kandungan.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Asahan (KPAA), Alex Margolang (2015), menyebutkan, hasil survei di lebih 60% wilayahnya, 80% remaja puteri (usia SMP dan SMA) melakukan hubungan seks pranikah.

Produsen kondom Fiesta dan Sutra, Mei 2011, melakukan survei di lima kota: Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Hasilnya, hubungan seks pranikah paling banyak dilakukan mahasiswa, 31%. Ia diikuti 18% karyawan kantor, dan 6% dilakukan siswa SMA/SMP. Hasil survei juga menemukan, hubungan seks bersama pacar, 88%, sesama jenis 9%, dan dengan pelacur, 8%. Lokasi favorit terjadi seks pranikah: tempat kos (74%), hotel/motel (68%), dan di rumah (72%). Tragisnya, di rumah sendiri, 34% atau di rumah pacar, 29%.

Agar Indonesia tidak hilang dari peta bumi seperti punahnya kaum Nabi Nuh, Ad, dan Tsamud, Anies Baswedan harus menjadi Presiden 2024. Sebab, beliaulah yang mampu menegakkan hukum dengan memberantas pelacuran, judi, dan narkoba, baik di hotel, penginapan, diskotik, maupun panti pijat. Ini karena beliau sudah buktikan dengan menutup 11 tempat maksiat selama menjadi gubernur DKI.

Tempat-tempat itu adalah: Diskotek MG International, hotel Alexis, Sense Karaoke, Diskotek Exotic, Griya Pijat O2, Gives, dan NYX, Diskotek Old City, Diskotek Monggo Mas, Diskotek Golden Crown, dan Pub Black Owl (bersambung). (Depok, 7 Fabruari 2024)

Pos terkait