‘Janganlah Hidup Tanpa Cinta, agar Kamu Tidak Merasa Mati…’

PESAN HIKMAH:

Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar

Bacaan Lainnya

لا تكن بلا حُبّ، كي لا تشعر بأنّك ميت، مُت في الحب وابق حياً للأبد
“Janganlah hidup tanpa cinta, agar kamu tidak merasa mati. Matilah dalam cinta dan tetaplah hidup selamanya.”

(JALALUDDIN AR-RUMI)
Munawir Kamaluddin

PENJELASAN PESAN HIKMAH (PPH):

Cinta adalah salah satu aspek paling mendasar dalam kehidupan manusia. Dalam pesan hikmahnya, Jalaluddin Ar-Rumi menekankan pentingnya cinta sebagai sumber kehidupan dan kebahagiaan sejati.

Ketertarikan antara laki-laki dan wanita adalah bentuk cinta yang paling umum dan alami, yang memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup manusia dan pembentukan masyarakat. Untuk memahami pesan Rumi dalam konteks ini, kita akan menganalisisnya dari sudut pandang Al-Qur’an, hadits Nabi, serta pemikiran ulama dan sahabat.

Analisis Filosofis

1. Makna Hidup Tanpa Cinta:

Bagian pertama dari kutipan ini, “Janganlah hidup tanpa cinta, agar kamu tidak merasa mati,” menekankan bahwa cinta adalah esensi dari kehidupan manusia. Ketertarikan antara laki-laki dan wanita merupakan salah satu bentuk cinta yang paling mendasar. Al-Qur’an mengakui pentingnya hubungan ini dalam berbagai ayat.

Allah SWT. Telah menegaskan didalam al-Quran terkait dengan akar cinta yang telah diciptakannya sebagai bahagian dari tanda kebesaran-Nya:

وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًۭا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةًۭ وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَـٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan pasangan hidup agar manusia dapat merasakan ketenteraman dan kasih sayang. Ketertarikan antara laki-laki dan wanita adalah bagian dari rencana Ilahi yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan penuh cinta.

Sejalan dengan tersubut Rasulullah SAW. Telah menyampaikan bahwa melalui pernikahan akan menjadi sarana didalam menumbuhkan rasa cinta yang mengarah kepada upaya untuk memenuhi tujuan hidup yakni mnjadi manusia Muttaqin:

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي”
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al-Baihaqi)

Hadits ini menekankan pentingnya pernikahan dalam Islam sebagai sarana untuk menyempurnakan agama. Pernikahan adalah salah satu manifestasi cinta yang paling nyata antara laki-laki dan wanita, yang membantu mereka mencapai kedamaian dan kesejahteraan spiritual.

2. Konsep ‘Mati dalam Cinta’:

Bagian kedua dari kutipan ini, “Matilah dalam cinta dan tetaplah hidup selamanya,” mengandung pesan mendalam tentang penyerahan diri sepenuhnya kepada cinta, termasuk cinta kepada pasangan. Cinta yang sejati membutuhkan pengorbanan, kesetiaan, dan penyerahan diri.

Seorang tokoh sufi yang sanagat terkenal imam al-Ghazali dalam merespon masalah cinta ini mengatakan:

إِمَامُ الغَزَالِي: “المَحَبَّةُ لِلَّهِ هِيَ قِمَّةُ كُلِّ مَحَبَّةٍ. فَالمَحَبَّةُ لِلَّهِ هِيَ المَحَبَّةُ الحَقِيقِيَّةُ وَالأَبَدِيَّةُ، وَأَمَّا المَحَبَّةُ لِغَيْرِهِ فَهِيَ مَحَبَّةٌ فَانِيَةٌ”
Imam Al-Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin” menyatakan, “Cinta kepada Allah adalah puncak dari segala cinta. Cinta kepada-Nya adalah cinta yang hakiki dan abadi, sementara cinta kepada selain-Nya adalah cinta yang bersifat sementara dan fana.”

Cinta antara laki-laki dan wanita dalam pernikahan seharusnya diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, cinta mereka akan menjadi abadi dan membawa keberkahan.

Pendekatan Psikologis

1. Cinta sebagai Kekuatan Penyembuh:

Cinta antara laki-laki dan wanita memiliki kekuatan penyembuhan yang sangat besar. Hidup tanpa cinta dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kehilangan arah. Rumi menyadari hal ini dan melalui pesannya, ia mendorong orang untuk mencari dan merasakan cinta dalam segala bentuknya.

Allah SWT. Menegaskan fungsi cinta sebagai sarana untuk melunakkan hati , karana tanpa cinta hati menjadi membatu dan keras:

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِىَ كَٱلْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةًۭ ۚ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah: 74)

Ayat ini menggambarkan kondisi hati yang keras akibat hilangnya cinta dan kasih sayang. Hubungan yang penuh cinta antara laki-laki dan wanita dapat melunakkan hati dan membawa kedamaian.

2. Transformasi Melalui Cinta:

“Mati dalam cinta” juga dapat dilihat sebagai proses penyembuhan dan transformasi psikologis. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan wanita, ini berarti mengatasi ego dan keinginan pribadi untuk mencapai cinta sejati.

Secara khusus Rasulullah SAW. Menegaskan dan bahkan menempatkan hati manusia itu sebagai barometer segala sesuatu dalam mengukur sebuah kebaikan:

إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hubungan yang penuh cinta dapat membantu menjaga hati tetap bersih dan baik, sehingga seluruh kehidupan menjadi lebih baik.

Pendekatan Spiritual

1. Cinta Ilahi:

Dalam ajaran sufi, cinta kepada Tuhan adalah puncak dari semua cinta. Cinta antara laki-laki dan wanita juga dapat menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Hal ini sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam sebuah firmannya:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
“Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 31)

Cinta antara laki-laki dan wanita yang didasari oleh cinta kepada Allah akan membawa mereka kepada rahmat dan keberkahan bahkan sekaligus ampunan-Nya.

2. Hidup Selamanya:

“Dan tetaplah hidup selamanya” mengacu pada konsep keabadian dalam spiritualitas. Cinta yang tulus dan mendalam antara pasangan dapat membawa mereka kepada keabadian dalam pengertian spiritual.

Imam Ali RA. Sebagai salahseorang khalifah pengganti Rasulullah SAW. Dalam slaahsatu kesempatan pernah menyampaikan peranan hati dan cinta sebagai penerang dalam kehidupan:

عَلِيّ بن أَبِي طَالِب: “المَحَبَّةُ لِلَّهِ هِيَ حَيَاةٌ لِلْقُلُوبِ وَنُورٌ لِلأَرْوَاحِ”
Ali bin Abi Thalib berkata, “Cinta kepada Allah adalah kehidupan bagi hati dan cahaya bagi jiwa.”

Dengan mencintai pasangan sebagai bagian dari cinta kepada Allah, cinta mereka akan menjadi sumber kehidupan dan cahaya bagi jiwa mereka.

Penutup

Pesan hikmah dari Jalaluddin Ar-Rumi ini mengajak kita untuk memahami dan menghayati cinta dalam segala aspek kehidupan, termasuk ketertarikan antara laki-laki dan wanita.

SEMOGA BERMANFAAT

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.