Pada mulanya Rasulullah SAW melaksanakan qiyamurramadhon sendiri. Ketika beberapa sahabat mulai banyak yang mengikutinya, beliau tidak mengerjakannya di masjid secara berjamaah, tapi di rumah. Saat ditanya kenapa beliau tidak melaksanakannya di masjid secara berjamaah, beliau menjawab khawatir tarawih akan diwajibkan.
Setelah kejadian itu tarawih dilakulan sendiri sendiri. Sampai akhirnya Sayidina Umar ra memerintahkan Ubay bin Ka’ab agar mengumpulkan sahabat yang melaksanakannya secara terpisah (ada yang sendiri, berdua, atau bertiga) untuk melaksanakannya secara berjamaah. Dan sayyidina Umar mengerjakannya sebanyak 20 rakaat (Kifayatul Akhyar : juz 1 : 88)
Apakah yang dilakulan Ummar bin Khattab bid’ah ? Tentu bukan. Karena Nabi SAW pernah bersabda :
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهدين
“Berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan sunnah para al khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk”
Kenapa qiyamurromadhon kemudian dinamakan solat tarawih ? Karena orang yang melaksanakannya beristirahat setiap dua kali salam (Kifayatul Akhyar : jilid I : 88)
Dalam pelaksanaannya tarawih dilakukan dengan banyak versi. Ada yang mengerjakannya 8 rakaat, ada yang 20 rakaat.
Yang mengerjakan 20 rakaat bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra., bahwa solat (sunnah) Nabi SAW baik pada bulan romadhon maupun di luar bulan romadhon tidak lebih dari 11 rakaat. Lebih jelas Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Jabir ra., bahwa Nabi SAW solat delapan rakaat dan witir. (Sayyid Sabiq : Fikih Sunnah : Juz I : 174)
Yang mengerjakan 20 rakaat bersandar pada amalan Umar bin Khattab ra dan Utsman ra. (Sayyid Sabiq : Fikih Sunnah : Juz I : 174), dan (Kifayatul Akhyar : Juz I : 88).
Mana yang benar ? Kembali lagi kepada hadits Nabi SAW untuk berpegang teguh kepada sunnah Nabi SAW dan para khulafaurrasyidin. Dua-duanya benar, dua-duanya sah, dua-duanya boleh dilakukan.
Persoalannya kemudian adalah pada kualitas pelaksanaannya. Baik yang 8 rakaat maupun 20 rakaat seyogianga dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dilakukan tidak dengan terburu-buru. Bacaan Al-Qur’annya tartil. Gerakan-gerakannya tuma’ninah. Syarat dan rukun solatnya terpenuhi. Bila ini dilakulan maka janji Allah SWT yang tertuang dalam hadits
من قام رمصان ايماناواحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه الجماعة)
” Siapa yang mendirikan solat qiyamurramadhon (tarawih) dengan didasari iman dan keyakinan akan hisab niscaya dosa-dosa yang lalu diampuni oleh Allah SWT (HR. Jama’ah),
Pasti akan terpenuhi. Allah SWT tidak pernah menyalahi janji-Nya
Wallahu a’lam bis showaab
Khairul Fahmi, S.Ag, Pengasuh MT DARUL ILMI JAKARTA