Founding Fathers Indonesia Sedih Melihat NKRI Hari Ini!?

Kalau saja para  Founding fathers kita masih hidup, mungkin akan menangis melihat negara yang beliau-beliau dirikan ini berbeda sama sekali dari apa yang mereka impikan. Ketiga Founding Fathers yang utama itu yakni Muhammad Yamin, Soeharto dan Soepomo.

Impian membangun negara besar yang berakar dari kehidupan bangsanya sendiri, tapi kini berubah haluannya ke arah liberalisme bahkan juga cenderung mengekor pada komunisme, yang sama sekali bukan merupakan jiwa dan kepribadian bangsa ini.

Indonesia saat ini, bukan lagi negara yang dibangun atas dasar mental ideologi bangsa Nusantara. Jiwanya terganggu, laksana manusia yg terganggu jiwanya, dia berjalan tanpa arah dan tujuan. Diombang ambingkan oleh tren foreign (luar negeri), sehingga tidak sadar kalau jalan hidupnya seperti manusia linglung.

Lihatlah bagaimana negara saat ini, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas, tidak lagi berkiblat kepada Tuhan YME, tapi kiblatnya uang dan kekuasaan (meterialisme).

Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya, haruskah tenggelam ditelan masa…?

Hanya jiwa-jiwa yang suci, jiwa yang bersih dan murni yang terpanggil yang akan bisa menyelami jawaban-nya. Kepekaan Jiwa Pancasila adalah sesungguhnya hati nurani/inti jiwanya bangsa nusantara yang mampu memahami secara fisik dan meta fisik geopolitik dan geostrategis global yang saat ini sedang memainkan peran mencengkram Dunia termaksud Indonesia kita.

Kita ini sebetulnya diarahakan untuk menjadi bangsa spiritual. Sudah jelas dinyatakan kita ini negara yang Bertauhid sebagaimana UUD 1945 pasal 29 ayat 1 menyatakan “Negara berdasarkan atas Ketuhanan YME”.

Dan sebagai bangsa yang berketuhanan kita harus mengabdi kepada Tuhan dan berdaulat dengan alam semesta.

Oleh karena itulah sistem pertahanan kita dirancang dengan istilah Hankamrata (pertahanan Rakyat Semesta). Agar kita mengabdi kepada Tuhan dan berdaulat dengan alam semesta.

Mengingat pesan founding father Soekarno: Kita belum hidup di bawah sinar bulan purnama, kita masih hidup di era Panca roba, bangkitlah wahai Elang Rajawali.

Selanjutnya mari sama-sama merenung, sambil menikmati kopi pagi kita masing-masing.

Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (28/12/2022).

Oleh: Supriyadinilhaq Al Akbar, Penulis Tinggal dan Berdomisili di Jakarta

Pos terkait