JAKARTA – Direktur eksekutif Etos Indonesia Institut Iskandarsyah menilai penetapan tersangka terhadap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto harus menjadi momentum partai berlambang banteng moncong putih itu berbenah diri.
Menurut Iskandar, para kader PDIP yang selama ini membela Hasto habis-habisan harus tahu betul rangkaian peristiwa hukumnya. Sehingga jika beropini di ruang publik tidak mengklaim bahwa kasus tersebut merupakan kriminalisasi.
“Publik sudah cerdas, ketika Hasto ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK tentu langsung dicari jejak digitalnya dari rangkaian peristiwa hukum tersebut. Jadi ketika elit PDIP beropini bahwa kasus itu merupakan kriminalisasi justru menurut saya itu pernyataan blunder,” kata Iskandar kepada wartawan, Jumat (10/1/2025).
Justru kata Iskandar, publik saat ini terus bertanya-tanya kenapa elit PDIP lebih menunjukkan keberpihakannya terhadap Harun Masiku ketimbang kepada Riezky Aprilia.
Padahal Riezky mendapatkan suara terbanyak kedua setelah almarhum Nazaruddin Kiemas tak lain merupakan adik almarhum Taufiq Kiemas, ipar Megawati Soekarnoputri atau paman Puan Maharani.
Padahal jika mengacu pada perolehan suara, pergantian antar waktu (PAW) Nazaruddin Kiemas adalah Riezky Aprilia, karena mendapatkan suara terbanyak kedua. Namun, Rapat Pleno PDIP menginginkan agar Harun Masiku yang dipilih menggantikan Nazarudin.
KPU berkukuh dengan keputusannya untuk melantik Riezky. Namun, Wahyu Setiawan disuap untuk mengubah keputusan KPU tersebut.
Adapun, Wahyu adalah salah satu tersangka yang terjaring pada OTT 8 Januari 2020. Sejumlah fakta pun terungkap seiring berjalannya agenda sidang Wahyu, termasuk ada nama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
“Pertanyaan lebuh jauh, kenapa Harun Masiku lebih dipilih ketimbang Riezky, dan publik terus bertanya kenapa para kader PDIP begitu membela habis-habisan Harun Masiku,” ungkap Iskandar.
“Kami meminta para elit di PDIP tidak terus menggiring opini bahwa kasus Hasto itu dikriminalisasi. Masyarakat sudah cerdas, jadi jangan melakukan hal yang tak masuk logika publik,” tambah Iskandar.
Dia menduga Harun Masiku telah berjasa atau memiliki peran penting dalam menyelamatkan kasus korupsi yang menyeret para elit di PDIP. Sehingga mendapatkan hadiah PAW dari Nazaruddin Kiemas (almarhum)
“Sebab selama ini publik hanya dipertontonkan soal kasus suap atas PAW Harun Masiku, tapi kenapa Harun Masiku dianakemaskan oleh PDIP. Kami sebagai masyarakat sangat menanti jawaban itu,” pungkasnya.