JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Gde Sumarjaya Linggih menyambut positif ditetapkannya proyek sistem pambayaran tol nirsentuh atau multi lane free flow (MLFF) sebagai proyek strategis nasional (PSN).
Gde berharap, proyek MLFF tersebut dapat segera berjalan tahun 2024 ini. Menurut Gde Sumarjaya, dengan diimplementasikannya MLFF, yang memungkinkan pengguna tol tidak harus berhenti saat membayar di gardu tol, akan memberikan dampak ekonomi yang cukup besar.
“Khususnya, terkait dengan efisiensi biaya dan kelancaran baik arus penumpang maupun barang dan jasa. Selama ini, setiap libur panjang Lebaran maupun akhir tahun, di sejumlah gardu tol selalu terjadi kemacetan yang menyita banyak waktu,” kata Gde pada wartawan, Jakarta, Jumat (17/5/2024).
Politisi Golkar asal Dapil Bali ini mencontohkan, selama libur Lebaran ini, yang berdasarkan evaluasi mudik oleh pemerintah juga terjadi kemacetan akibat antrean di gerbang tol. Saat libur akhir tahun baru di Bali juga terjadi kemacetan parah di Tol Bali.
Bahkan, lanjutnya, jalan tol di kota-kota besar seperti Jakarta juga selalu macet di jam-jam pulang dan pergi kantor yang salah satunya karena antrean di gerbang tol.
Untuk itu, Gde menjelaskan, sudah saatnya Indonesia mengatasi persoalan tersebut. Sebab, jika dihitung, kerugian ekonomi sebagai dampak dari kemacetan tersebut sangat besar.
“Bukan hanya waktu, tetapi juga berapa banyak bahan bakar minyak yang terbuang. Di Jakarta saja, menurut Kemenhub kerugian akibat kemacetan mencapai Rp 65 triliun per tahun akibat pemborosan BBM dan waktu yang terbuang. Belum lagi kerugian sosial, mulai dari polusi hingga berkurangnya waktu untuk bersama keluarga,” jelasnya.
“Sudah saatnya masalah ini diatasi dengan solusi yang applicable dan berkelanjutan, tidak bisa hanya situasional seperti misalnya pengaturan arus lau lintas,” sambung Gde.
Sebagai informasi, MLFF adalah metode pembayaran jalan tol yang memungkinkan pengguna jalan untuk melintasi gerbang tol tanpa perlu berhenti. Sistem ini menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System(GNSS). Teknologi ini meliputi sistem-sistem seperti GPS, untuk mengatur transaksi pembayaran.
Dengan teknologi ini, transaksi dapat dilakukan melalui aplikasi CANTAS pada telepon pintar yang dibantu oleh satelit. Dengan memanfaatkan teknologi satelit ini, sistem MLFF melakukan penghitungan otomatis tarif tol berdasarkan jarak yang ditempuh kendaraan, sehingga mengeliminasi kebutuhan akan bilik tol fisik dan mengurangi perlunya kendaraan berhenti atau melambat di gerbang tol.
Sistem MLFF sejak 12 Desember 2023 diujicobakan di Tol Mandara Bali oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di mana dalam rangka uji coba ini peralatan pendukung MLFF telah terpasang di pintu tol. Uji coba tersebut berjalan baik dan rencananya, sistem MLFF ini akan diterapkan bertahap mulai dari Tol Mandara Bali pada Oktober 2024 setelah memperhatikan kesiapan, kelengkapan infrastruktur, penegakan hukum dan kesiapan masyarakat.
Selama masa transisi ini, sistem yang digunakan adalah Single Line Free Flow dengan tetap menggunakan barrier. MLFF telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN) non-Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) Nomor 6 Tahun 2024. Proyek MLFF dilaksanakan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam hal ini PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) dan merupakan investasi asing langsung (foreign direct investment ) dari Hungaria senilai USD 300 juta (Rp4,5 triliun).