Ketika membaca wikipedia kita akan menemukan sejarah tentang Kabupaten Barru. Dulu sebelum terbentuk menjadi kabupaten merupakan sebuah kerajaan kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja, yaitu: Kerajaan Berru (Barru), Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi.
Seiring dengan perjalanan waktu, pada tanggal 20 Februari 1960 merupakan tonggak sejarah yang menandai awal kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Barru dengan Ibu Kota Barru, berdasarkan Undang-Undang Nomor 229 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan yang memiliki 40 Desa dan 15 Kelurahan, dengan luas wilayah 1,174,71 km² dan jumlah penduduk pada tahun 2024 berkisar 195.380 jiwa, berada ± 102 Km di sebelah Utara Kota Makassar, Ibu Kota Sulawesi Selatan.
Sebagai daerah yang memanjang dari perbatasan Kabupaten Pangkep sampai dengan Pare-Pare, diapit oleh pegunungan dan pantai, sehingga memiliki potensi wisata yang cukup banyak, misalnya ; Batu Mallopie, Air Terjun Waesai, Wae Nunge, Lembah Harapan, Celebes Canyon dan Lappalaona yang terdapat di Kecamatan Tanete Riaja. Sementara di Kecamatan Tanete Rilau terdapat Pulau Puteanging, Tanjung Butung, Pantai Laguna, dan beberapa destinasi wisata lain, termasuk wisata religi bersejarah seperti Makam We Tenri Leleang, Petta Pallaselasee, We Pancai Tana, Lamaddusila dan Karaeng Lipukasi.
Lajulo Indah dan Pantai Ujung Batu merupakan tempat wisata di Kecamatan Barru yang cukup familiar, begitupun di Kecamatan Soppeng Riaja terdapat ‘Monumen Paccekke’ yang sangat bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia, selain itu terdapat destinasi wisata Pantai Awerange, Permandian Manuba, Wisata Embun Paccekke, dan juga Pasir Putih Burancie yang dulu ramai dikunjungi setiap hari libur, tapi hari ini telah berubah menjadi tempat budidaya mutiara sehingga menjadi sangat eksklusif.
Di Kecamatan Mallusetasi juga tidak kalah menariknya, terdapat Bujung Mattimboe, Pulau Dutungan, Pulau Bakki serta beberapa destinasi wisata laut yang lain, serta di Kecamatan Balusu terdapat Permandian Waempubbu yang dulu ramai dikunjungi wisatawan, tetapi beberapa tahun ini sudah tidak terurus, juga terdapat Pulau Pannikiang yang cukup unik karena menjadi tempat hunian kelelawar, Air Terjun Sarang Burung dan beberapa destinasi wisata lain.
Sementara di Kecamatan Pujananting terdapat Air Terjun Gattareng. Semua potensi wisata ini jika dikelolah dengan baik, bukan tidak mungkin akan menjadi wisata unggulan di Sulawesi Selatan.
Dua pekan lalu berkesempatan pulang kampung sebagai rutinitas tahunan menjelang hari raya Idul Fitri. Selama di kampung saya berkeliling untuk bernostalgia mengenang masa kecil sampai remaja, mengunjungi beberapa destinasi wisata yang tidak kalah dengan daerah lainlain.
Misalnya Lappalaona, jika dikemas menjadi wisata alam yang menarik bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Sulawesi Selatan, tetapi saat ini akses jalan menuju kesana cukup sempit dan kurang mulus, sesampai di atas bukit savana (padangloang) kita akan menemukan bangunan yang kurang terawat dan kotaran sapi dimana-mana, padahal pemandangan alamnya harus diakui tidak kalah dengan savana baluran, savana bromo, savana cikasur di Jawa Timur atau savana komodo di NTT dan savana lain yang ada di Indonesia. Begitu pula dengan destinasi wisata lain yang ada di Kabupaten Barru, jika dikelolah dengan baik, bukan tidak mungkin akan menambah pendapatan daerah dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Sebagai perantau yang sudah meninggalkan kampung halaman selama 24 tahun untuk mengadu nasib di Kota Jakarta, sudah menjadi hal lumrah jika ingin merasakan perubahan setiap menginjakkan kaki di Kabupaten Barru, tidak hanya perubahan fisik, tetapi perubahan cara pandang dan pola pikir masyarakat.
Terutama cara pandang orang tua dan anak-anak Kabupaten Barru tentang pentingnya pendidikan. Seharusnya tidak boleh lagi ada anak Kabupaten Barru yang tidak sekolah/putus sekolah (SD sampai SMA) bahkan jika bisa semua anak-anak Kabupaten Barru harus mengeyam pendidikan sampai Perguruan Tinggi, tidak harus kuliah di Makassar, cukup kuliah di Sekolah Tinggi yang ada di Kabupaten Barru. Walaupun sekolah tidak menjamin seseorang untuk mendapat pekerjaan atau menjamin seseorang untuk meningkatkan taraf ekonominya
Namun, sekolah dapat membuka cara pandang, pola pikir dan wawasan seseorang untuk menentukan pilihan-pilihan hidupnya di masa depan dan ini sejalan dengan misi Bupati dan Wakil Bupati Barru, jika ingin mengentaskan kemiskinan dan pengangguran terbuka serta membangun manusia yang unggul dan inklusif.
65 Tahun adalah usia yang cukup matang bagi seorang manusia, begitupun dengan Kabupaten Barru yang sudah dipimpin oleh sembilan Bupati, sehingga kita berharap kepemimpinan Kabupaten Barru saat ini mampu membangun infrastruktur yang berkualitas, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, menumbuhkan ekonomi secara berkelanjutan, melestarikan budaya, meningkatkan kualitas hidup dan kualitas layanan publik serta mampu menjaga soliditas untuk membangun Kabupaten Barru kearah yang lebih maju.
Selamat ulang tahun Kabupaten Barru, kami yang nun jauh di perantauan akan selalu mendoakan semoga terus berkembang dan maju, baik dalam hal pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya serta seluruh warganya dapat merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan serta tetap bersatu dalam menghadapi tantangan di masa depan
Dirgahayu Kabupaten Barru ke 65 Tahun!
Penulis: Burhanuddin Thomme, SE.,SH.,MM Perantau Barru / Mahasiswa Doktoral di Jakarta