JAKARTA – Ketua Dewan Kehormatan KB PII (Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia) sekaligus mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) berpesan agar menguatkan pola pengkaderan di sekolah-sekolah SMP-SMA untuk menghasilkan kader handal. Bagi JK, kader PII ibarat pondasi bagi bangunan KB PII untuk menghadirkan pengusaha di masa akan datang.
“Kalau mau kuat keluarga besar (KB PII) ini maka pondasinya harus kuat. Jika lemah di bawah, maka di atas akan habis. Karena ini, kalau mau masuk PII mendaftar tapi kalau mau masuk KB PII terpaksa karena tak perlu mendaftar, langsung. Artinya, nanti di masa akan datang, di atas kurang,” pesan JK kepada kader dan alumni PII saat memberikan sambutan di acara Pembukaan Muktamar VII digelar di Hotel Sahid, Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (13/9/2024) semalam.
Selain Ketua Umum KB PII Nasrullah Larada jumlah tokoh nasional sekaligus alumni PII hadir pula pada pembukaan muktamar tersebut, seperti Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dan Muzani. Selain itu hadir Soetrisno Bachiar, Ali Muchtar Ngabalin, Fuad Bawazier, Sofyan Djalil, Burhanuddin Abdullah, Cholil Ridwan dan lain sebagainya.
Pada kesempatan itu, JK juga menyoroti masih banyaknya kader dan pengurus PII yang sudah berstatus mahasiswa bahkan hingga jenjang pendidikan doktoral alias S3. JK ingin, kader dan pengurus PII adalah seorang pelajar.
“Jadi anggota PII adalah pelajar, bukan mahasiswa. Justru ada anggota PII lebih tua dari HMI. Sejak dulu di Makassar, kalau ada PII (datang ke rumah) dari mahasiwa ada S3 saya suru tunjukan kartu pelajar dulu. Kalau sudah mahasiwa dan mau aktif ya di HMI, buka di PII lagi,” tegas JK.
Ia menceritakan, dirinya pernah menjabat Ketua PII saat dirinya duduk di bangku sekolah SMP. Dari situ, kenangnya, ia belajar bicara hingga terlatih berpidato.
“Saya dulu Ketua di PII masih SMP. Di situ belajar bicara, belajar pidato dan lain sebagainya. Sekarang alumni PII ada politisi, ustadz, jenderal, pengusaha,” kenang JK.
Senior HMI ini juga menyinggung nama besar PII di masa lalu. Menurut JK, yang terpenting dilakukan para aktivis Islam adalah mengejar ketertinggalan ekonomi yang sangat parah. Untuk itu, JK mengajak aktivis Islam jadi pengusaha.
“Kita jangan terlalu melihat masa lalu. Yang perlu dilihat masa depan. Apalagi tantangan di masa akan datang. Di mana-mana saya bicara soal ekonomi. Bukan PII dan HMI jadi pengusaha tapi para alumninya. Di pemerintahan banyak, politisi banyak, antri jadi anggota DPR RI, jadi pengusaha malah sedikit,” ujarnya.
Di akhir keterangannya, JK menyentil sistem pendidikan nasional yang diterapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. JK menyimpulkan, sistem pendidikan Indonesia saat ini sangat amburadul sehingga mendapatkan akibatnya adalah kader PII.
“Belakangan ini agak ribut sedikit. Karena Pendidikan kita ini kacau karena menterinya kacau. Kalau pendikan kacau yang dapat efeknya PII. PII jadi korban. Untuk.itu, kita perlu kuasai ilmu. Jangan bicara politik terus, habis waktu. Setelah pemilu sudah selesai. Kita lakukan hal produktif,” pungkas JK.