Jakarta – Menjelang Musda XI DPD Partai Golkar Sumatera Utara tahun 2025, nama Bupati Labuhanbatu Utara, Dr. Hendri Yanto Sitorus, SE,. MM atau Bang HYS semakin ramai diperbincangkan publik saat ini. Sosok figur Bang HYS semakin mengemuka dan menguat sebagai calon kuat untuk memimpin DPD Partai Golkar Sumatera Utara lima tahun mendatang.
Alumni indef school of political economy Jakarta, Nasky Putra Tandjung mengapresiasi niatan mulia Bupati dua periode untuk membawa Partai Golkar ke arah yang lebih progresif dan responsif terhadap tuntutan masyarakat. “Sebagai bagian dari elemen masyarakat civiel society, Ia memberikan dukungan penuh kepada Bang HYS untuk memimpin partai berlambang beringin tersebut,” kata Nasky dalam keterangannya kepada wartawan, di Jakarta, pada Jumat (30/5/2025).
*Representasi Kepemimpinan Politik Muda Sumatera Utara*
Bila kita kembali ke belakang, pada 21 Desember 1988 terjadi pergeseran tema dan aktor di panggung politik nasional dengan berakhirnya kepemimpinan Soeharto. Soeharto tak jeli mengamati semangat generasi baru yang sudah memahami makna dan semangat demokrasi yang menuntut tegaknya pemerintahan yang adil dan demokratis.
Di Indonesia sendiri kepemimpinan muda sudah lama didengungkan dalam jargon-jargon politik. Hal ini tidak lepas dari perubahan struktur kependudukan yang menuju kepada ledakan usia produktif umur 15 – 64 tahun yang akan mencapai puncaknya pada 2030.
“Menurut Analis politik dan pemerhati sosial ini, Bang HYS merupakan sebagai salah satu sosok tokoh pemuda Sumatera Utara, kata Nasky, telah banyak menorekan prestasi, termasuk saat menjabat sebagai anggota DPRD Labura dan sekarang sebagai Bupati Labura untuk periode kedua. Hendri Yanto Sitorus pun dianggap sebagai representatif politik kaum muda yang sukses dikancah perpolitikan Sumatera Utara. Beliau sosok yang cekatan, inspiratif, energik dan visioner serta telah membuktikan dedikasinya bagi bangsa dan negara,” ujarnya.
Bang HYS dinilai merupakan kader muda Partai Golkar yang potensial dan sangat relevan untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks seperti sekarang ini. “Dengan energi dan visi muda, Bang HYS akan membawa semangat baru yang sangat diperlukan Partai Golkar kedepannya. Bang HYS bisa menjawab kebutuhan pemimpin muda inspiratif yang penuh tanggung jawab. Saya pikir setiap partai politik membutuhkan itu saat ini,” tegasnya.
Oleh karena itu, untuk menentukan pemimpin yang diharapkan kaum muda bergantung pada parpol. Partai politik yang berhak untuk mengusung pemimpin yang berintegritas, jujur, merakyat, dan progresif. Maka, hal yang penting adalah setiap parpol setidaknya membuka telinga untuk mendengar setiap masukan dari rakyat sebagai bentuk partisipasi agar demokrasi bisa menata kehidupan yang baik.
“Jika masa depan demokrasi ada di tangan anak muda, maka masa depan partai pun demikian, maka tak ada salahnya partai merangkul generasi-generasi baru di satu sisi. Dan, di sisi lain tak ada salahnya pula generasi-generasi baru maju menjadi Pemimpin partai politik sebagai wadah perjuangan untuk memperbaiki demokrasi dan membenahi segala sesuatu yang dibutuhkan di negeri ini,” jelasnya.
Boleh jadi pada awalnya mendapat banyak tantangan, halangan, ataupun godaan, tapi itulah bagian dari perjuangan. Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, dan banyak lagi berani membayarnya dengan penjara dan diasingkan ke berbagai pelosok. “Jika konsistensi untuk melakukan perubahan memang teruji dan tak perlu diragukan lagi, maka hasilnya lambat laun akan terlihat juga. Fakta historisnya bahwa waktu terus berputar, generasi terus berganti, isu baru dan lama terus muncul dan tenggelam, dan waktu itu akan datang,” sebutnya.
Nasky mengatakan, bukankah kata-kata bijaknya, “setiap manusia ada masanya”? Maka yakinlah, jika terus konsisten berjuang, masa itu akan datang. Lima kepala daerah termuda se Sumut yang dilantik Presiden Prabowo salah satu nya Bang HYS sosok figur Pemimpin muda akan mendapat gelanggang juga.
Lebih jauh lagi, Ia menguraikan, Soekarno, yang kala itu masih sangat muda, menjadi semakin berbahaya setelah mendirikan Partai Nasional Indonesia dan Partindo. Bung Hatta menjadi semakin menggigit di era menjelang kemerdekaan, selain tintanya yang tajam di media-media, juga karena mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Bahkan mereka berhasil memosisikan diri dan partainya pada barisan yang benar-benar baru ketika itu, yakni barisan non cooperation alias tidak bekerja sama dengan Belanda, bahkan menolak kehadiran Volkstraad.
Oleh karena itu, Nasky menilai, bukankah kita memang merindukan sosok-sosok yang demikian muda ikut berjuang bersama partai, ikut mempengaruhi sikap-sikap partai, kemudian berbuat sesuatu yang besar untuk kemajualn Sumatera Utara dan Indonesia.
*Tantangan Partai Politik*
Dalam rentang waktu 10 tahun (2025- 2035) penduduk Indonesia yang usia produktif (15 – 64 tahun) jumlahnya akan terus meningkat dan diperkirakan mencapai 67,9% dari total jumlah penduduk. Kondisi ini akan berimbas pada jumlah pemilih muda pada pemilu yang akan datang. Pada Pemilu 2019 saja jumlah pemilih muda yang berusia 16 – 30 tahun tercatat lebih kurang 100 juta orang. Jumlah ini diprediksi akan bertambah dua kali lipat saat Pileg dan Pilpres 2029 mendatang.
Nasky menilai, Sistem politik kita belum legawa untuk memberikan ruang bagi kaum muda menduduki jabatan strategis yang menghendaki inovasi dan nilai-nilai kreativitas demi menghadapi permasalahan bangsa kita yang kian kompleks dan menantang. Namun kondisi ini hendaknya tidak mematahkan semangat bahwa kaum muda bisa menjadi politisi baik dan mampu mendobrak tradisi.
“Partai politik mana pun akan melihat bonus demografi ini sebagai peluang sekaligus tantangan. Itulah sebabnya partai politik berlomba-lomba memiliki sayap organisasi yang khusus menyasar pemilih pemula. Jargon-jargon pemimpin muda dijual sebagai daya tarik untuk rekrutmen politik,” tambahnya.
Namun, sejauh ini kepemimpinan kaum muda berhenti hanya sebatas jargon. Tongkat kepemimpinan bangsa saat ini masih dipegang oleh kaum tua. Mulai dari kepemimpinan partai politik, anggota legislatif, hingga eksekutif didominasi oleh kaum tua. Kaum muda hanya menjadi komoditas politik yang selalu diiming-imingi warisan estafet kepemimpinan, namun hakikatnya hanya dijadikan pendulang suara semata.
Dengan menyiapkan kader-kader muda terbaik, Pemimpin muda tidak hanya menunggu giliran namun dapat segera serta mengisi ruang-ruang politik dengan segala kreativitas dan inovasinya. Seperti Macron di Prancis, kaum muda tidak lagi sekedar menjadi penumpang dalam gerbong kebangsaan namun dapat menjadi lokomotif perubahan itu sendiri.
“Maka untuk itu, Bang HYS sosok figur pemimpin muda yang berprestasi dan berintegritas. Kepemimpinan beliau saat menjabat Bupati Labura dua periode sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Labura dinilai banyak perubahan besar yang dilakukan. Seperti peningkatan pendidikan dan kesehatan, penanganan infrastruktur, perbaikan jalan rusak, dan membantu elemen masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat, meningkatkan perekonomian dan masih banyak lainya kinerja Bang HYs berdampak baik bagi masyarakat Labura. Hal ini merupakan modal besar dalam membangun Sumatera Utara ke depan,” terang Eks PB HMI ini.
“Menurutnya, kritikan dan saran yang disampaikan oleh elemen masyarakat suatu hal yang wajar, ini merupakan cerminan dari kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi di Indonesia. Untuk itu, mari sama-sama kita jaga persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan peraturan yang berlaku,” sambungnya.
Oleh karena nya, Nasky meyakini Bang Hendri Yanto Sitorus memenuhi kriteria syarat untuk mempimpin DPD Partai Golkar Sumut. “Ia berharap seluruh DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota se-Sumut dapat bersatu mendukung Bang HYS sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumut,” tutupnya.