Akhir Dari Ka’bah

Sejak reformasi di tahun 1998, lalu Pemilihan Umum tahun 1999, tiga partai yang bertahan dari era Orde Baru yakni PDIP (sebelumnya PDI), Partai Golkar (sebelumnya Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mengambil tempat dan perannya masing-masing di era reformasi.

Tapi kondisi satu dari tiga partai tersebut memulai suatu tren penurunan. PDIP yang menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru memenangkan Pemilu tahun 1999, Golkar berada di urutan kedua, sementara PPP berada diurutan keempat, tempat ketiga justru diisi oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai baru besutan ormas NU yang kemudian menjadi kendaraan politik bagi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk menjadi Presiden ke-4 republik ini.

Bacaan Lainnya

Tren penurunan suara PPP terus berlanjut di pemilu selanjutnya. Pada Pemilu 1999 PPP berhasil meraih 10,71% suara. Pada Pemilu tahun 2004 PPP meraih 8,15% suara. Pada Pemilu tahun 2009 PPP meraih 5,32% suara. Pada Pemilu tahun 2014 PPP meraih 6,53% suara. Pada Pemilu tahun 2019 PPP meraih 4,52% suara.

Satu-satunya comeback kecil yang dialami oleh PPP terjadi pada 2014 dibawah kepemimpinan Suryadharma Ali, tren ini sebenarnya dipengaruhi oleh menurunnya suara Partai Demokrat secara signifikan pada Pemilu 2014 dan juga penurunan suara PKS. Dibawah kedua tren ini, baik PAN, PKB maupun PPP berhasil melakukan comeback.

Menjelang Pemilu tahun 2024, hasil survei dari berbagai lembaga menunjukkan hasil yang tidak memuaskan bagi PPP. Hasil survei Poltracking Indonesia menunjukkan suara PPP hanya mencapai 3,4% suara (11/12). Litbang Kompas 2,4% suara (12/12). Indikator 2,6% suara (9/12).

Tren suara ini menjadi sangat berbahaya karena semakin tingginya ambang batas parlemen atau Parlementery Treshold yang menetapkan bahwa hanya partai politik yang memiliki 4% suara nasional yang dapat duduk di kursi parlemen. Jika hasil suara PPP dalam Pemilu tahun 2024 sesuai dengan apa yang diprediksi oleh banyak lembaga survei, maka PPP tidak dapat lagi duduk di Senayan.

Banyak kajian membahas runtuhnya satu era ketika PDIP diprediksi tidak akan menjadi pemenang pemilu lagi di tahun 2024. Tapi pada kenyataannya, tidak lolosnya PPP ke kursi parlemen lebih melambangkan akhir dari satu era. Sejak didirikan pada tahun 1973, ini akan menjadi kali pertama PPP tidak menjadi partai politik arus utama, sebuah kado menyedihkan untuk peristiwa setengah abad partai dengan lambang Ka’bah.

 

Ditulis oleh Muhammad Syaifulloh, Ketua Umum Angkatan Muda Khatulistiwa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.