Garbi Lahir, Apa Ancaman bagi PKS di Pemilu 2024 ataukah Garbi lebih bela rakyat..?
Perlahan tapi pasti, ormas Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) yang disebut bakal jadi Partai Gelora, makin memperlihatkan jati dirinya sebagai ormas.
Garbi akan menjadi partai politik (parpol). Apakah PKS akan terancam dengan keberadaan Garbi? Tidak, kata PKS. Kita tunggu saja 2024.
Malah petinggi PKS menanggapi santai rencana Garbi menjadi parpol. Bahkan PKS mengingatkan Garbi bahwa membuat partai itu berat. Pelajaran dari pemilu 2019 lalu partai sehebat PSI bahkan Perindo dan Berkarya tak lolos Senayan.
Inisiator utama gerakan Garbi sekaligus eks pentolan PKS Anis Matta (eks Presiden PKS) menepis anggapan PKS. Itu karena, sejumlah tokoh penting di republik ini telah bergabung sebagai dewan pembina Garbi. Sebut saja di DKI Jakarta ada politisi PAN Eko ‘Patrio’ dan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.
Menurut Anis, Garbi diibaratkan Garbi sebagai startup politik dan kemungkinan besar menjadi parpol pada tahun 2020 nanti untuk jadi peserta pemilu 2024.
“Garbi ini sekarang gerakan pemikiran yang mencoba mencari dan merumuskan arah sejarah baru bagi perjalanan kita sebagai bangsa bangsa. Tapi satu gerakan pemikiran politik tidak boleh berhenti sebagai gerakan pemikiran. Karena ide gagasan dari pemikiran itu harus dilanjutkan dengan gerakan politik karena itu Insya Allah Garbi kelak akan bermetamorfosis menjadi gerakan politik di Indonesia,” terang Anis saat menghadiri acara halal bi halal Garbi di Denpasar, Bali, Jumat (5/7/2019) lalu.
Salah satu pendiri Garbi Fahri Hamzah menyebut PKS partai yang tertutup dan tidak menerapkan nilai-nilai demokrasi yang cenderung tertutup. Fahri menyebut PKS lebih dekat dengan Presiden Jokowi.
“Mereka enggak terbuka, karena mereka enggak berani diskusi, enggak berani terbuka, orangnya tertutup, enggak berani ngomong. Apa-apa menunggu perintah dari atas, ya enggak bisa. Ini zaman baru. Kalau saya boleh ngomong, PKS itu khususnya pimpinannya lebih menginginkan Jokowi dari awal. Saya ini, dipecat gara-gara mereka mulai masuk istana,” ungkap Fahri pada wartawan.
Juga Mahfudz Siddiq yang pernah menjadi kader PKS blak-blakan soal partai dakwah kini. Mahfudz Siddiq menyebutkan, eks partainya itu telah ‘ada operasi intelejen di PKS’.
Mahfudz menceritakan muasalnya. Sejak Agustus 2015 ketika partai itu mengganti Hilmi Aminuddin sebagai Ketua Majelis Syuro. Di internal PKS ada upaya pembaharuan yang diinisiasi oleh Anis Matta menjadi bumerang. Dari situ muncul menyingkirkan Anis dan loyalisnya
“Mereka mewaspadai Gerakan Mengkudeta PKS. Dokumen itu dibuat 25 Maret 2018 lalu dan sudah menyebar ke petinggi PKS. Dokumen ini berisi paparan modus kerja gerakan mengkudeta PKS oleh Anis Matta dan bagaimana menanggulangi gerakan tersebut,” cerita panjang lebar Mahfudz seperti dikutip Tirto.
“Orang-orang yang mereka disebut sebagai loyalis oleh Anis Matta ini banyak yang menjadi petahana di DPRD. Dimana Ustazd Hilmi Aminuddin memang memperkuat unit intelijen yang dibuat oleh Pak Suripto. Kebetulan saya tujuh tahun di Komisi I, mitranya orang BIN, jadi saya paham,” ungkap Mahfudz.
Atas rencana Anis-Fahri cs itu membuat partai baru, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Mardani Ali Sera tak masalah. Bagi Mardani, isu apapun yang diberikan ke PKS, partai dakwah itu mampu dilewatinya. Ia mencontohkan, saat PKS menghadapi pemilu 2019 lalu, sejumlah isu yang menerpa. Namun, PKS bisa melewatinya, bahkan suaranya naik signifikan.
Mardani mempersilakan organisasi masyarakat seperti Garbi bertransformasi menjadi partai politik. Sebab, menurut Mardani, mendirikan partai merupakan hak setiap warga negara. Tapi, Mardani mengingatkan Garbi bahwa membangun sebuah partai politik bukanlah perkara yang mudah, banyak yang perlu dilewati termasuk ambang batas 4 persen di parlemen (baca: Senayan).
“Kalau mau bikin partai, welcome to the jungle. Tapi pesan saya adalah, bikin partai itu berat. Beneran,” kata Mardani di Gedung DPR, Kamis (11/7/2019) lalu.
Selain itu, Mardani mengingatkan Garbi agar tidak mengambil kader PKS dari pusat hingga daerah menjadi kadernya.
“Kalau mereka mau buat (partai), monggo. Tapi kalau mau mengambil (kader) punya PKS, PKS punya mekanisme pertahanan diri, yang lain saja,” ujar Mardani.
Mampukah Garbi Yakin Rakyat Indonesia?
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudinmisalnya menilai Garbi yang memang disiapkan untuk menjadi sebuah partai politik baru oleh Anis Matta sc. Ujang menyimpulkan, Anis yang sudah tersingkir di PKS pasti tak ingin karier politiknya mandek gara-gara tak diterima oleh petinggi PKS saat ini.
“Saya Anis Matta tidak diam diri karena sudah kehilangan tempat di PKS. Apalagi Anis Matta adaah seorang politisi yang masih potensial tentu karir politiknya ingin muncul lagi, ingin naik lagi, ingin memberikan kontribusi juga kepada bangsa. Ujiannya bagaimana Anies mata bersama Garbi bisa yakinkan rakyat selama 4-5 tahun ini sebelum tahun 2024 karena lolos parliament threshold atau ambang batas di DPR RI sangat berat,” jelas Ujang.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengapresiasi kehadiran Garbi yang mendukung penuh NKRI dan tidak memiliki sandaran pada satu ideologi saja. Menurut Ray hal ini akan menjadi citra positif demi merekrut pendukung yang lebih heterogen.
Ada yang cukup dikhawatirkan oleh Ray, Garbi harus berjuang agar Garbi dapat meraih pendukung di segmen beragam, tak hanya dari pemilih islam saja. Ray menilai, mayortias rakyat Indonesia masih melihat Garbi dari pentolan PKS.
“Mereka yang nonmuslim itu nanti bertanya, ‘apa bedanya ini Garbi dengan PKS yang lama?’ Apakah politiknya sama dengan PKS yang terlihat cenderung menikmati politik identitas?” ujar Ray .
Apa yang harus ditempuh oleh Garbi agar bisa melangkah ke DPR RI? Menurut Ray, Garbi memiliki potensi besar dengan gagasan-gagasan bisa menggerus suara partai-partai seperti PKS, atau bahkan PBB dan PAN. Di akhir pesannya, Ray menyampaikan, yang terpenting untuk sebuah partai baru yakni kelanjutan hidup partai tersebut diterima rakyat.
Pandang tak berbeda juga disampaikan olehh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno. Adi lebih yakin Garbi bakal menggerus pendukung PKS dan Partai Islam lain. Kehadiran Garbi tak hanya menggerus suara PKS tapi partai Islam.
“(Garbi) Ini sangat mungkin akan menjadi wadah pelarian kader-kader partai Islam yang kecewa dengan partai mereka,” terang Adi.
Tak hanya itu, Adi juga ikut membandingkan Garbi dengan PKS. Bagi Adi, PKS yang hadir ke publik dengan slogan ‘bersih, peduli dan profesional. Dan slogan itu diterima rakyat. Untuk itu, menurut Adi, Garbi harus pandai menjual citra yang lebih dari itu.
“Bagi saya sederhana saja, jenis kelamin politik harus menarik sebagai positioning merebut pemilih Islam. Garbi harus pandai bikin framing dan desain isu,” jelas Adi.
Meski Garbi belum secara resmi mendaftarkan diri sebagai partai politik. Kita bisa ajukan pertanyaa, mampukah Garbi mengambil hati rakyat Indonesia pada pemilu 2024 mendatang? Hanya kerja-kerja dari para kader dan petinggi Garbi yang bisa membuktikan di pemilu 2024 kelak.
PESANNYA: “JIKA SUDAH DUDUK DI PARLEMEN, INGAT BELA RAKYAT YAA?!”