G30S/PKI Sebagai Gerakan Bughot dan Kesaktian Pancasila

 

وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ࣖ

Bacaan Lainnya

*مَامِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُمِنْ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ الْعُقُوْبَةِ لِصَاحِبِهِ فِى الدُّنْيَامَعَ مَايُدَخَّرُلَهُ فِى الْاَخِرَةِ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

Dewasa ini atau di penghujung bulan September menjelang Oktober seperti saat sekarang ini salah satu pembahasan yang aktual adalah masalah pemberontakan atau penghianatan terhadap bangsa yang dilakukan sekelompok orang yang secara egois ingin menguasai negara dengan idiologi yang bertentangan dengan nilai-nilai moral agama yang dianut dan diperjuangkan oleh para pendahulu bangsa kita dengan gerakan yang dikenal dengan pemberontakan G.30 S PKI ( Gerakan 30 september 1965 Partai Komunis Indonesia).

Mereka dengan berani menghinati bangsa dengan kekerasan, dengan kekuatan militer yang dimiliki, mereka berani melawan pihak keamanan dan akhirnya mereka menentang pemerintahan, bahkan mereka dengan congkak berani memproklamirkan pembentukan negara baru dengan kekuasaan dan dengan idiologi baru yakni idiologi PKI .

Dalam konteks seperti ini, Islam memberi kesempatan dan keleluasaan pada pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang terbaik untuk menentukan tindakan apa yang dibutuhkan, sepenjang tidak bertentangan dengan nas al-qura’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagai langkah preventif dan antisipatif dari segala kemungkinan buruk terhadap bangsa dan negara kita termasuk keberagamaan kita, terkait dengan perbuatan pemberontakan ( makar) dengan melakukan perlawanan dan penghianatan yang dikenal dengan gerakan Bughat .

Allah SWT. didalam al-Qur’an telah memberikan kepada kita tuntunan bagaimana sikap atau tindakan yang mesti ditempuh dalam merespon adanya gerakan perlawanan atau perbuatan dzalim sekelompok orang terhadap pemerintah yang sah dan legitimid . QS.Al-Hujurat :9 :

وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

Gerakan Pemberontakan G.30.S.PKI telah menjadi salah satu musibah kenegaraan atau peristiwa kelam setelah kemerdekaan Indonesia. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1965 itu telah menyebabkan meninggalnya enam orang jenderal dan satu orang perwira, hingga mereka dinobatkan sebagai Pahlawan Revolusi .

Kehadiran Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan salah satu partai besar di Indonesia yang memiliki banyak pengikut dan dukungan saat itu. Hal itu dikarenakan PKI mampu berjaya disebabkan mendapat ruang atau dukungan dari Presiden Soekarno yang mengusung Konsep Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM). Sehingga dukungan presiden Soekarno tersubut berimplikasi Sampai pada tahap PKI yang mengampanyekan pembentukan “Angkatan Kelima” yang terdiri dari pendukung bersenjata untuk mereka. Meski telah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno, kampanye PKI itu justru sangat ditentang oleh petinggi militer, khususnya Angkatan Darat kala itu.

Latar belakang G.30.S.PKI. adalah gerakan yang ingin menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. Salah satunya karena muncul ketidakharmonisan antara ideologi komunisme yang diyakini oleh PKI dengan nasionalisme yang dijalankan pemerintah.

Idiologi yang dianut oleh PKI menginginkan Indonesia berubah dari nasionalisme menjadi komunisme. Selain itu, ada ketidakharmonisan antara PKI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berseberangan politik terutama menyangkut haluan idiologi bangsa

Maka dari itu, PKI ingin menyingkirkan petinggi TNI agar dapat merebut kekuasaan. Di sisi lain, PKI khawatir kesehatan Presiden Soekarno menurun dan usianya tidak lama lagi, sehingga akan terjadi peralihan kekuasaan dinegeri ini.

Berbagai latar belakang ini akhirnya memunculkan gerakan pemberontakan dari PKI dengan menculik dan membunuh sejumlah petinggi TNI Angkatan Darat pada 30 September 1965. Sebagai langkah strategis untuk mengambil alih kekuasaan.

Sehingga dengan demikian maka Gerakan G.30.S. PKI sudah dengan terang benderang menyalahi prinsip agama dan merupakan perbuatan pelanggaran atau dosa yang tidak dapat ditolerir dalam perspektif ajaran al-qur’an dan sunnah Nabi Miahammad SAW. Krn Nabi kita dengan tegas dalam sebuah haditsnya memberikan warning agar tidak terjebak dalam sebuah kekeliruan dengan melakukan perlawanan ataupun pemberontakan yang dapat menghantarkan para pelakunya kedalam api neraka yang menyala-nyala karena menyalahi dari prinsip yang sanagat fundamental.

مَامِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُمِنْ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ الْعُقُوْبَةِ لِصَاحِبِهِ فِى الدُّنْيَامَعَ مَايُدَخَّرُلَهُ فِى الْاَخِرَةِ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada dosa/ kejahatan yang lebih pantas untuk disegerakan siksaannya oleh Allah di dunia kepada pelakunya di samping hukuman yang disimpan untuknya di akhirat kelak dari pada melakukan pemberontakan dan memutuskan tali silaturrahim.”
( HR. Turmuzi)

Berikutnya tulisan ini mencoba merangkum beberapa tahapan peristiwa yang terkait dengan gerakan G.30.S. PKI secara kronologis , sampai pada kehadiran Pancasila sebagai alat pemersatu seluruh anak bangsa sekaligus falsafah dalam bernegara yang memungkinkan berbagai pulau dan aneka ragam suku dapat dipersatukan dalam satu kebersamaan yang kemudian dikenal dengan istilah “Kesaktian Pancasila.”

Berawal dari tanggal 30 September 1965 di mana PKI mendatangi kediaman Jenderal TNI Ahmad Yani, Letnan Jenderal TNI R. Soeprapto, Letnan Jenderal TNI S. Parman, Mayor Jenderal TNI M.T Haryono, Mayor Jenderal TNI D.I Pandjaitan, Mayor Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Jenderal A.H. Nasution.

PKI berdalih sebagai Cakrabirawa, pasukan pengawal istana yang diperintahkan untuk menjemput mereka agar menghadap ke Soekarno sslakunpresiden kala itu.

R. Soeprapto, Sutoyo Siswomiharjo dan S. Parman ikut dengan ajakan PKI dalam keadaan hidup. Begitu juga dengan Kapten Czi Pierre Andreas Tendean yang menjadi korban salah tangkap karena tengah berada di kediaman A.H. Nasution yang berhasil selamat dari gerakan ini.

Keempat anggota TNI AD dibawa ke sebuah markas di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.
Begitu sampai, keempatnya dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke sebuah sumur tua yang tak terpakai dengan diameter 75 cm dan kedalaman 12 meter.

Sementara Ahmad Yani, M.T Haryono, dan D.I Pandjaitan ditembak di kediaman masing-masing, lalu mayatnya dibawa ke markas tersebut dan juga dimasukkan ke dalam lubang yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya.

Sebagai sebuah gerakan pemberontakan yang berorientasi pada penguasaan teritorial negara republik Indonesia ,G30S PKI menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia seperti Yogyakarta dan sekitar pulau Jawa.
Memasuki 1 Oktober 1965

Cakrabirawa di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto mengamankan RRI dan telekomunikasi untuk menyebarkan kabar bahwa Presiden Soekarno dan A.H. Nasution dalam keadaan selamat.

Memasuki 2 Oktober 1965
Pemberontakan PKI dapat dipukul mundur dan TNI mencari tempat mayat korban G30S PKI dibuang oleh mereka

Lalu kemudian berlanjut 4 Oktober 1965, Mayat korban G30S PKI ditemukan dan diangkat dari Lubang Buaya yang telah membusuk.

Puncak dari semaua rangkaian gerakan pemberontakan mereka adalah Tanggal 5 Oktober 1965
Seluruh korban G30S PKI dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan. Presiden Soekarno mengangkat para korban G30S PKI sebagai Pahlawan Revolusi. Sebagai bentuk penghargaan bangsa Indonesia terhadap para pejuang republik ini .

Sementara itu, lahirnya Hari Kesaktian Pancasila Pada tahun 1966, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Soeharto menetapkan 1 Oktober sebagai peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

Dengan penetapan itu, seluruh pasukan TNI AD wajib menggelar peringatan Hari Kesaktian Pancasila untuk mengenang para korban G30S PKI , sebagai pahlawan revolusi Repoblok Indonesia .

Pada 1967, Soeharto yang terpilih menjadi Presiden ke-2 Indonesia menetapkan Hari Kesaktian Pancasila sebagai hari yang wajib diperingati oleh seluruh masyarakat dan warga bangsa sebagai apresiasi terhadap perjuangan yang tidak kenal lelah dari para pahlawan negeri.

Keputusan dan Penetapan itereebit , tertuang pda Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 tentang Hari Kesaktian Pancasila.

Demikianlah rangkuman peristiwa G30S PKI. Dan kehadiran Pancasila. Sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia sehingga bangsa ini dapat eksis dan survive hingga hari ini.

وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ࣖ

“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali ‘Imran: 54)

Selamat berjuang dan menjaga keutuhan NKRI????

والله اعلم بالصواب

Oleh: Al-Fakir Munawir Kamaluddin, Penulis Tinggal di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *