Turunkan Stunting, Dosen Kebidanan Unair Turun Langsung Beri Solusi pada Kader di Jabon Sidoarjo

SIDOARJO – Jabon, Sidoarjo masih menjadi wilayah yang memiliki angka stunting yang tinggi sampai saat ini. Berbagai solusi ditawarkan dan diimplementasikan untuk mengatasi masalah ini. Percepatan penurunan stunting menjadi fokus dari wilayah kerja Puskesmas Jabon.

Berbagai faktor menyertai kasus stunting di Jabon, berbagai industri berdiri di wilayah ini, sehingga masyarakat setempat dekat dengan limbah. Lebih lanjut, pengetahuan orang tua terkait gizi dan pemanfaatanya juga masih minim.

Bacaan Lainnya

Dosen Kebidanan UNAIR memberikan sebuah solusi dengan memberdayakan kader Posyandu melalui berbagai pelatihan. Kekuatan komunitas sangatlah penting untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan, termasuk stunting.

Sehingga, pemberdayaan masyarakat penting dilakukan agar kekuatan komunitas semakin besar. Kader Posyandu dianggap sebagai pihak yang paling dekat dengan orang tua anak, sehingga diharapkan pendampingan dapat dilakukan maksimal kepada balita-balita stunting.

Universitas Airlangga (UNAIR) memberikan kesempatan kepada Dosen untuk merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya Pengabdian Masyarakat. Pada akhir tahun 2023, tiga Dosen Kebidanan bersama dengan mahasiswa memberikan pemberdayaan ini. Sofia Al Farizi, S.Keb.,Bd., M.Kes. sebagai ketua tim menyatakan bahwa, ruang akademik harus menyentuh permasalahan di masyarakat.

“Kali ini, masalah stunting merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan, karena berdampak pada kualitas generasi kedepanya. Stunting nantinya akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak,” ucapnya pada keterangannya. Rabu, (08/5/2024).

Kegiatan ini dimulai pada Agustus sampai dengan Desember 2023. Kegiatan ini di antaranya: FGD dengan Puskesmas untuk menginisiasi solusi, peningkatan pengetahuan kader melalui edukasi dan pendampingan balita stunting.

Pada proses FGD didapatkan informasi bahwa, kapasitas kader terkait pemantauan pertumbuhan dan perkembangan belum maksimal, selain itu mereka juga belum mengerti pemanfaatan bahan lokal yang baik untuk meningkatkan nilai gizi. Sehingga, hal ini relevan dengan intervensi berupa edukasi kepada kader. Kami mengevaluasi hasil edukasi ini berupa pendampingan kepada balita stunting.

“Tim pengmas memberikan sejumlah uang kepada kader untuk membelikan dan mendistribusikan bahan lokal setempat. Setelah itu, kader memberikan edukasi dan praktik bahan lokal tersebut kepada ibu. Tiga bulan kemudian, kader mengevaluasi hasil pendampingan tersebut berupa pengukuran pertumbuhan dan perkembangan,” tutup Sofia. (ari)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *