Senjakala Negarawan Indonesia

Wafatnya Rizal Ramli, pada awal tahun 2024 ini, terasa seperti bunyi bel pada lonceng. Rasanya, era senjakala para negarawan Indonesia semakin terasa dekat dan pada akhirnya satu tirai generasi akan benar-benar ditutup untuk selamanya.

Para negarawan di era silent generations atau tradisionalist sudah benar-benar mundur dari panggung politik Indonesia. Sosok-sosok para pendiri bangsa yang lahir sebelum era kemerdekaan pada tahun 1945 adalah bagian dari generasi ini, termasuk di dalamnya ada generasi Presiden Soekarno (1901), Presiden Soeharto (1921), Presiden Habibi (1936) dan Presiden Wahid (1940).

Bacaan Lainnya

Dan pada saat ini juga sudah dimulai ‘akhir’ dari generasi Boomers (1946-1965), negarawan dan politisi yang dilahirkan pada periode tahun ini sudah mulai berkarya dan mengabdi kepada negara sejak era Orde Baru hingga era Reformasi, beberapa sosok juga masih aktif di pemerintahan sebagai pembantu Presiden seperti Menko Luhut dan Menko Mahfud.

Almarhum Rizal Ramli yang satu generasi dengan Menko Mahfud, juga pernah mengabdi sebagai Menko Maritim di periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo sebelum akhirnya digantikan oleh Menko Luhut.

Dan di generasi Boomers ini kita masih memiliki tokoh-tokoh besar seperti Presiden Megawati (1947), Presiden SBY (1949), Presiden Jokowi (1961), dan juga tokoh-tokoh lain yang se-leting dengan ketiga Presiden ini.

Jika kita mengikuti pola dalam sejarah, maka periode tahun 2024-2029 akan menjadi akhir dari pengabdian banyak tokoh di generasi Boomers ini. Mereka mungkin tidak lagi terlibat dalam konstelasi politik tingkat tinggi di Indonesia dan akan memberikan jalan kepada generasi selanjutnya untuk maju ke panggung utama.

Wajar jika kita bisa melihat periode transisi kekuasaan yang terjadi selama periode tahun 2019-2024 dan yang akan terjadi selama periode tahun 2024-2029, contoh paling sederhana dari berlangsungnya proses ini adalah majunya tokoh muda sebagai Ketua Umum partai politik. Transisi posisi politik Partai Demokrat adalah yang paling mulus selama periode 2019-2024, pada tahun 2020 SBY menyerahkan posisi Ketua Umum Partai Demokrat kepada putra sulungnya AHY.

Ini tidak menghitung partai politik non-parlemen seperti PSI yang menunjuk Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, sebagai Ketua Umum di usia yang jauh lebih muda dari AHY.

Maka selama periode 2024-2029 kita akan melihat banyak transisi kepemimpinan. Tokoh lama akan digantikan tokoh baru, generasi lama akan memberikan jalan dan panggungnya kepada generasi baru. Pada saat yang sama senjakala negarawan Indonesia juga dimulai, satu tirai generasi akan ditutup selamanya. Pertanyaannya, apakah Indonesia sudah mampu menghadapinya?

 

Ditulis oleh Muhammad Syaifulloh, Ketua Umum Angkatan Muda Khatulistiwa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.