Seminar Parenting Inklusi di Event Competition Indieklusi

DEPOK – Transmart Depok kembali menggelar kegiatan yang penuh sensasional dan sarat edukasi, Acara bertajuk *Seminar Parenting Inklusi di Event Competition Indieklusi* ini diselenggarakan oleh lembaga *INDIEKSLUSI (Indonesian Disability Education And Inclusion)*, sebuah lembaga yang bertujuan dalam  memfasilitasi kajian, diskusi, seminar dan media informasi untuk pemetaan permasalahan serta menentukan program pembelajaran dan metode pembelajaran baru saat sekolah tatap muka kembali dilakukan di sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, serta solusinya secara sistematis dan massif dengan Tema *“Multi Talent Spirit Children Inclusion”*.
Acara dimulai pagi hari pukul 10,15 WIB dengan dibuka oleh kepala UPTD SPNF SKB (Satuan Pendidikan Non Formal-Sanggar Kegiatan Belajar) Kota Depok, Bapak H.Abdul Muit  S.Pd,M.M.  dan Bapak Dr.H. Arman Paramansyah SE.SH.MM yang juga pemateri. Dalam kegiatan tersebut juga diberikan kesempatan untuk kata sambutan ke 2.
Lalu acara dilanjutkan sebelum acara inti untuk anak-anak yakni pemateri Bpk. Dr. H. Arman Paramansyah.MM dengan judul *“Kesiapan Orang Tua Untuk Mendukung Pembelajaran Anak ABK Dari Semua Tingkat Pendidikan”*.

Menurut pria yang akrab disapa Kyai Arman di Kampusnya, “Berbicara mengenai pendidikan dan anak berkebutuhan khusus mungkin memang tidak akan ada habisnya. Ketika kita berbicara mengenai pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seharusnya kita juga berbicara mengenai semua anak. Saat ini, terdapat kecenderungan adanya pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus.” Jelas Kyai Arman.

“Pendidikan inklusif sendiri merupakan sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak untuk belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal,” imbuh Kyai Arman.

Menurut Sunanto (2009), pengistilahan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bukan berarti menggantikan panggilan anak penyandang cacat atau anak luar biasa, melainkan memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan keberagaman yang berbeda, karena istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga dapat disematkan untuk anak yang memiliki IQ tinggi atau diatas rata-rata.
Persiapan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus menurut Psikolog.
Sebagai orang tua, Anda perlu tahu bagaimana cara menilai kesiapan anak berkebutuhan khusus (ABK) sebelum mengirimnya ke sekolah. Dengan begitu, barulah bisa memilih model pendidikan yang tepat sesuai kondisi anak.

Sebagai orang tua, anda perlu memahami kemampuan anak abk kita, secara mental jangan karena nafsu supaya dia bisa.

Sebagai orang tua, anda perlu meminta advice (saran-red) dengan para ahli yakni psikolog, yang akan merekomendasikan secara keilmuan.
seorang psikolog anak dan remaja menyebutkan, bahwa ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan setiap orang tua sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak
berkebutuhan khusus, di antaranya adalah sebagai berikut :

• Perkembangan fisik (melingkupi motorik halus dan kasar)

• Bahasa (reseptif dan ekspresif)

• Kognisi (pendekatan pembelajaran)

• Pramembaca dan menulis
Perhitungan dasar

• Sosial

• Emosi

Pada intinya :

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan orangtua berkenaan dengan tindakan yang mereka lakukan yaitu : menyekolahkan anak berkebutuhan khusus pada sekolah dengan layanan pendidikan inklusif. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang menentukan tindakan dan keputusan orangtua meliputi, latar belakang keluarga besar dari siswa berkebutuhan khusus, kondisi ekonomi, tingkat pendidikan orangtua siswa berkebutuhan khusus, serta sikap dan persepsi orangtua terhadap lingkungan sekitarnya.
Sementara faktor eksternal yang menentukan tindakan dan keputusan orangtua adalah pemilihan sarana pendidikan.

Berdasarkan faktor-faktor yang ada, orangtua melakukan tindakan sosial dimana beberapa orangtua siswa melakukan tipe tindakan rasional instrumental. Mereka melakukan perhitungan rasional atas tindakan yang akan dilakukannya. Salah satu perhitungan rasional itu adalah mereka menghitung keuntungan dan kelemahan jika anaknya yang berkebutuhan khusus disekolahkan pada sekolah formal umum dan bukannya di SLB.

Hasil dari pemikiran dan perhitungan rasional itu yang akhirnya membuat mereka memutuskan anaknya bersekolah di sekolah umum dengan layanan pendidikan inklusiF.
Selain itu, adapula orangtua yang juga melakukan tindakan rasional berorientasi nilai.
Tindakan yang mereka lakukan didasarkan pada keinginan mencapai harapan dengan menggunakan nilai-nilai religius. Alasan menghemat biaya menjadi alasan klasik yang disampaikan oleh para orangtua yang melakukan tindakan ini.
Lalu, beberapa orangtua melakukan pengambilan keputusan yang didasarkan pada kondisi emosionalnya semata. Ada orangtua yang tidak ingin anaknya dikatakan sebagai anak berkebutuhan khusus, karena hal itu maka orangtua ini menolak bahkan tidak mengijinkan anaknya untuk bersekolah di SLB karena menurutnya itu merupakan sekolah anak-anak yang cacat sementara anaknya bukanlah anak yang cacat.
Tipe tindakan yang terakhir yang dilakukan oleh para orangtu adalah tipe tindakan tradisional. Pada tipe ini, hampir seluruh orangtua murid melakukannya. Pada tipe ini, tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan sulit dibedakan antara memenuhi harapan atau hanya sekedar tuntutan masyarakat saja. Pada tipe ini, orangtua murid mengalami kebingungan karena tindakan mereka bukan hanya didasarkan pada motivasi agar anaknya mempunyai masa depan yang lebih baik, namun juga karena tuntutan lingkungannya dimana anak usia sekolah harus berangkat ke sekolah.” Pungkas Kyai Arman kepada awak media.

Acara dilanjutkan dengan Lomba- lomba : COOKING , KIDS TALENT SHOW & COLORING dan DRAWWING COMPETITION yang di ikuti sebagian oleh anak2 ABK, yang sangat menggemaskan dan mengagumkan.

(CP/red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *