BEKASI – PT. Bina Bangun Wibawa Mukti (BBWM) terus menuai sorotan, salah satunya dari LSM Jaringan Organisasi Keadilan Rakyat (JOKER) yang melihat langsung data valid perusahaan migas pelat merah itu.
Salah satu yang kali ini disorot oleh JOKER adalah mengenai produksi dan produktivitas PT BBWM yang dinilai terus menurun dari waktu ke waktu berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sekjen DPP LSM JOKER Herry ZK, menjelaskan tentang istilah Produksi dan Produktivitas, meskipun ada kemiripan namun memiliki arti dan maksud yang berbeda.
“Produksi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang dan jasa, dengan demikian, produksi mempunyai dua nilai pokok. Yang pertama untuk menciptakan nilai guna barang atau jasa, kedua, menambah nilai guna barang atau jasa” ujarnya, Rabu, 15 Desember 2021.
Pada hakikatnya, lanjut Herry, produksi adalah proses penciptaan dan penambahan nilai guna dari barang atau jasa, bentuk yang diikuti oleh penambahan manfaat, bentuk, waktu, tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dari produksi tersebut memiliki kemampuan lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan pemakainya.
“Sedangkan Produktivitas adalah tingkat efisiensi yang terjadi antara pemasukan dan pengeluaran, yang dipengaruhi oleh kemampuan setiap individu yang terlibat di dalam suatu sistem, atau suatu perusahaan dalam menghasilkan sesuatu yang diinginkan dengan cara memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan juga efisien. Beberapa faktor yang mempengaruhi suatu produktivitas, diantaranya adalah, faktor teknis, faktor produksi, faktor organisasi, faktor personal, faktor finansial dan faktor manajemen,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, salah satu parameter di dalam menilai keberhasilan kinerja manajemen di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya adalah dengan melihat out put (produk) yang dihasilkan dan melihat sampai sejauh mana tingkat Produktivitas yang dicapai, demikian halnya dengan kinerja yang terjadi pada PT. BBWM, dapat dilihat dan dikaji melalui data-data yang disajikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK.
“Dari data tersebut, Produksi Elpiji dan Kondensat yang dihasilkan Kilang Tambun field menunjukkan peningkatan mulai tahun 2016, sepintas terlihat progress pencapaian Kinerja oleh Manajemen PT BBWM mengalami kenaikan, terlihat secara harian maupun tahunan,” ucapnya.
“Produksi Elpiji dan Kondensat Kilang Elpiji Tambun mengalami kenaikan, meskipun tidak terlalu signifikan, bahkan Produksi mencapai puncaknya di tahun 2018, dimana hasil Produksi Elpiji mencapai 48.31 ton per hari dan 17.632,87 ton per tahun, sementara untuk Produk Kondensat mencapai 14.197,58 liter per hari dan 5.182.116 liter per tahun,” sambung dia.
Lanjut dia, produksi pada semester pertama 2019 untuk Elpiji mencapai 52,56 ton per hari dan 9.512,56 ton per tahun. Pencapaian itu diikuti produk Kondensat pada tahun yang sama dengan 9.439,88 liter per hari dan 1.708.619 liter per tahun.
“Namun jika kita lihat dari data pada tabel tersebut, kebijakan yang dibuat oleh Direksi PT BBWM untuk peningkatan Kinerja Kilang Elpiji Tambun Field tidak tepat pada sasaran, meskipun pekerjaan revitalisasi yang meliputi pekerjaan modifikasi jalur feed gas, modifikasi compressor, mengganti gas engine (compressor driver), dan menambah elpiji gas chromatography menghabiskan biaya sebesar Rp58.202.673.160,96 telah dilakukan,” kata Herry yang menunjukkan sumber LHP BPK No. 42/LHP/XVIII.BDG/12/2019 halaman 71.
“Tetapi added value (nilai tambah) atas hal itu tidak sepadan dengan hasilnya. Jadi terjadi peningkatan pengeluaran dan terjadi penurunan pendapatan karena revitalisasi tadi tidak sesuai dengan maksud dan tujuan. Hal ini tampak pada jumlah Gas Terproses selalu menurun dari tahun ke tahun,” ucap Hery.
Artinya, dia menyimpulkan, performa Kilang Elpiji Tambun tetap tidak pada kondisi optimal dalam operasionalnya.
“Kalau analisa produksi dan produktivitas terhenti sebatas pada jumlah output yang dihasilkan tanpa memperhitungkan jumlah input serta aspek teknis yang menunjang kegiatan produksi, maka penjelasan sebagaimana diuraikan tersebut di atas, masih menyisakan banyak pertanyaan atas pencapaian Kinerja Manajemen PT BBWM sebenarnya,” ucap dia.
“Oleh karenanya perlu pengkajian secara menyeluruh terhadap semua aspek yang terkait, mengingat hal ini berkaitan erat dengan masalah tingkat Produktivitas yang telah dicapai oleh Manajemen PT BBWM dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga, transparansi dan akuntabilitas informasi yang disampaikan kepada shareholder maupun para stakeholder dapat dipertanggungjawabkan,” sambungnya.
Kembali pada permasalahan Produksi dan Produktivitas tersebut di atas, berikut kami sajikan tabel data untuk melakukan pengkajian selanjutnya, sehingga didapatkan sebuah informasi yang jelas serta tidak menimbulkan pemahaman yang keliru dikalangan masyarakat luas di dalam menilai kinerja Manajemen PT. BBWM serta melakukan penilaian terhadap kelayakan dan kepantasan “FIGUR” yang saat ini menduduki jabatan Direksi PT. BBWM, berikut tabel data yang kami maksudkan :
Jika dilihat secara sepintas, menurut Herry, data yang tersaji pada tabel tersebut di atas tidak ada perbedaan, semua menggambarkan volume Feed Gas, Lean Gas serta jumlah Produksi Elpiji dan Kondensat secara harian maupun tahunan, akan tetapi pada dua tabel data yang kedua ada penambahan kolom efisiensi, yaitu jumlah Lean Gas (jumlah Gas yang dikembalikan ke Pertamina) dan persentase ekstrasi terhadap Feed Gas.
“Dari data pada kedua kolom tersebut dapat menggambarkan bahwa performa Kilang Elpiji Tambun Field tidak dalam kondisi optimal, jika pimpinan PT BBWM memiliki pengalaman dan latar belakang pada unit usaha sejenis, dari awal menjabat mereka seharusnya sudah mengetahui langkah-langkah strategis yang harus ditempuh dalam meningkatkan performa Kilang Elpiji Tambun Field,” ucap pria yang aktif pada kegiatan sosial ini.
Dari kajian-kajian data tersebut, kata Herry, tanpa harus melakukan audit investigasi pun dirinya yakin bahwa pejabat direksi saat ini baru ‘BELAJAR’ dan ‘MENGENAL’ tentang Kilang Elpiji ketika menjabat sebagai Direksi PT BBWM.
“Sebuah keberanian dalam mempertaruhkan aset milik pemerintah oleh Pemegang Otoritas yang telah mengangkat figur tersebut menjadi Pimpinan BUMD Kabupaten Bekasi, bagaimana PT BBWM akan menjadi sebuah perusahaan profit centre, jika kondisi seperti tersebut di atas dibiarkan berlarut-larut, produktivitas dan efisiensi atas pencapaian kinerja Kilang Elpiji Tambun hanya akan menjadi sebuah wacana,” pungkas Hery.
(CP/red)