Pernikahan dalam Islam: Manifestasi Cinta dan Tanggung Jawab

Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar

(Tulisan ini terkhusus ditujukan kepada Muhamad Fadel Nasser, S.Hut dan Anniza Djunad, S. Hut. Putra Abd. Nasser S.Sos ( Alm.) dan Sitti Maryam, S.Ag, M. Pd di Hotel Swiss-Bell inn Panakukang Makasar Rabu 5 Juni 2024)

Bacaan Lainnya

Pernikahan dalam Islam bukan hanya sebuah ikatan kontrak antara dua individu, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan sosial yang bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah. Dalam pembahasan ini, kita akan mengeksplorasi berbagai dimensi pernikahan, mulai dari aspek ibadah, taqdir, tanda-tanda kekuasaan Allah, hingga tanggung jawab, kesetiaan, dan kebahagiaan.

Selain itu, tulisan ini juga akan menyertakan dalil dari Al-Qur’an, hadits Nabi, serta pendapat sahabat dan ulama untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

1. Pernikahan sebagai Ibadah

Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai ibadah, yang berarti setiap aspek dari pernikahan dilaksanakan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti perintah-Nya. Ibadah ini tidak hanya sebatas ritual formal, tetapi juga mencakup berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah.

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴾
[ النور: 32]

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ( QS: An Nur: 32)

Demikian pula dalam firman Allah SWT didalam surah lain:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
(QS: An-Nisa: 34)

Rasulullah SAW telah bersabda dalam sebuah haditsnya :
“مَنْ نَكَحَ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الإِيمَانِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي” (رواه البيهقي)

“Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada setengah yang lainnya.” (HR. Baihaqi)

Dalam konteks ini, pernikahan dilihat sebagai jalan untuk menyempurnakan agama seseorang. Ibadah dalam pernikahan meliputi saling menghormati, mencintai, dan memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pasangan.

2. Pernikahan sebagai Taqdir

Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan bagian dari taqdir Allah. Setiap individu diciptakan dengan jodoh yang telah ditetapkan, dan pernikahan adalah manifestasi dari taqdir tersebut.

“وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ” (الذاريات: 49)

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 49)

Rasulullah SAW. telah menyampaikan dalam salah satu sabdanya:
“إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي” (رواه الطبراني والحاكم)

“Ketika seorang hamba Allah menikah, maka ia telah melengkapi separuh imannya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang lainnya.” (HR. Thabrani dan Hakim)

Konsep taqdir ini memberikan keyakinan kepada umat Muslim bahwa jodoh mereka adalah ketetapan Allah yang terbaik untuk mereka. Hal ini mengajarkan kesabaran dan tawakal dalam proses pencarian pasangan hidup.

3. Pernikahan sebagai Tanda-tanda Kekuasaan Allah

Pernikahan dianggap sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah. Melalui pernikahan, Allah menunjukkan kebesaran dan kebijaksanaan-Nya dalam menciptakan pasangan yang saling melengkapi.

“وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ” (الروم: 21)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini mengajarkan bahwa pernikahan adalah cerminan dari kekuasaan dan rahmat Allah. Melalui pernikahan, manusia dapat merasakan kasih sayang dan ketenangan yang merupakan karunia dari Allah.

4. Pernikahan sebagai Tanggung Jawab

Pernikahan membawa tanggung jawab besar bagi suami dan istri. Suami bertanggung jawab untuk melindungi, mengayomi, dan memenuhi kebutuhan istri, sementara istri bertanggung jawab untuk taat kepada suami dan menjaga rumah tangga.

“الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ” (النساء: 34)

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa: 34)

Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan dalam sebuah sabdanya :

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Artinya, “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
(HR Bukhari!

Demikian pula Hadits Rasulullah. SAW.:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يقوت: “Cukuplah dosa bagi seseorang dengan ia menyia-nyiakan orang yang ia tanggung.
(Abu Daud)

5. Pernikahan sebagai Kesetiaan

Kesetiaan dalam pernikahan meliputi kejujuran, saling menghargai, dan menjaga amanah yang telah diberikan oleh Allah. Suami dan istri yang setia satu sama lain tidak hanya menjaga hubungan mereka, tetapi juga memperkuat iman dan kedekatan mereka kepada Allah.

“وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ” (المؤمنون: 8)

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-Mu’minun: 8

Rasulullah bersabda :
“أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ” (رواه الترمذي)

“Wanita mana saja yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi)

Kesetiaan ini juga berarti saling menutupi kekurangan dan menjaga rahasia rumah tangga. Rasulullah SAW mengajarkan agar pasangan suami istri saling menasihati dalam kebaikan dan bersabar atas kekurangan masing-masing.

Sabda Nabi Muhammad SAW:
“خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي” (رواه الترمذي)

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

6. Pernikahan sebagai Kebahagiaan

Pernikahan memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi pasangan suami istri. Allah menciptakan pernikahan sebagai sumber kasih sayang dan kebahagiaan, di mana pasangan bisa saling melengkapi dan mendukung .
Allah SWT berfirman:
“وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ” (الروم: 21)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Rasulullah SAW bersabda :
“الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ” (رواه مسلم)

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

Kebahagiaan dalam pernikahan juga tercermin dari ketenangan yang didapatkan ketika bersama pasangan. Suami dan istri yang saling mencintai dan menghormati akan merasakan kedamaian dalam hati dan rumah tangga.

7. Pernikahan Akan Berbuah Manis dan Indah

Pernikahan yang dijalani dengan baik dan penuh rasa kasih sayang akan menghasilkan buah yang manis dan indah, baik dalam bentuk keturunan yang shalih maupun kebahagiaan dalam rumah tangga.
Allah SWT berfirman:
“وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا” (الفرقان: 74)

“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.’” (QS. Al-Furqan: 74)

Sabda Rasulullah SAW:
“إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ” (رواه مسلم)

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Pernikahan yang baik akan menghasilkan anak-anak yang shalih dan shalihah, yang menjadi kebanggaan dan penyejuk hati bagi orang tuanya. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang dan didikan agama yang baik akan menjadi investasi akhirat yang berharga bagi kedua orang tuanya.

8. Pernikahan sebagai Penyelamat dan Penyempurna Iman

Pernikahan dapat menyelamatkan seseorang dari godaan syaitan dan melindungi dari perbuatan dosa, serta menyempurnakan iman seseorang.

Firman Allah SWT:
“هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ” (البقرة: 187)

“Mereka (para isteri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)

Sabda Rasulullah SAW.
“مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي” (رواه البيهقي)

“Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada setengah yang lainnya.” (HR. Baihaqi)

Pernikahan melindungi individu dari fitnah dan godaan yang dapat menjerumuskan ke dalam dosa. Dengan menikah, seseorang dapat menjaga diri dan pasangannya dari perbuatan yang dilarang oleh agama, sehingga keduanya dapat hidup dalam keberkahan dan rahmat Allah
Rasulullah bersabda:.
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

Wahai sekalian pemuda, barang siapa diantara kalian yang telah mampu menikah, maka hendaklah ia menikah, karena ia lebih bisa menundukkan pandangan, dan lebih bisa menjaga kemaluan. Namun barang siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sebab hal itu dapat menjadi penghalang baginya (Meredam hawa nafsunya) HR Bukhari

Pernikahan dalam Islam memiliki banyak dimensi yang saling terkait. Dari aspek ibadah, takdir, tanda-tanda kekuasaan Allah, tanggung jawab, kesetiaan, kebahagiaan, hingga sebagai penyelamat dan penyempurna iman. Memahami kedudukan pernikahan dalam Islam membantu umat Muslim menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh berkah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Pasangan suami istri harus terus berupaya untuk menjaga hubungan mereka agar tetap harmonis dan penuh kasih sayang. Menghindari perilaku yang merusak hubungan dan selalu berusaha memperbaiki diri adalah kunci untuk mencapai pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dengan berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, serta meneladani para sahabat dan ulama, umat Muslim dapat membangun rumah tangga yang kuat dan penuh berkah.

Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pernikahan dalam Islam secara efektif, berikut adalah beberapa langkah praktis yang bisa diambil oleh pasangan suami istri dalam kehidupan sehari-hari:

1. Niat yang Ikhlas

Setiap perbuatan dalam Islam harus diawali dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Dalam pernikahan, niat yang ikhlas akan menjaga pasangan dari berbagai niat yang tidak baik dan memperkuat ikatan mereka.

“إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى” (رواه البخاري ومسلم)

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Saling Menghormati dan Menghargai

Saling menghormati dan menghargai antara suami istri adalah kunci keharmonisan rumah tangga. Ini termasuk menghargai pendapat, perasaan, dan kontribusi masing-masing.

Firman Allah SWT:
“وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ” (النساء: 19)

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisa: 19)

3. Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting dalam pernikahan. Dengan komunikasi yang baik, pasangan dapat menyelesaikan masalah dengan lebih mudah dan mencegah kesalahpahaman.

Allah SWTvtelah berfirman
“قُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ” (الإسراء: 53)

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).” (QS. Al-Isra: 53)

4. Kerja Sama dalam Rumah Tangga

Kerja sama dalam mengurus rumah tangga akan menciptakan keharmonisan dan keseimbangan. Suami dan istri harus saling membantu dalam tugas-tugas sehari-hari.

Sabda Nabi SAW.
“خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي” (رواه الترمذي)

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

5. Menjaga Kasih Sayang dan Romantisme

Menjaga kasih sayang dan romantisme adalah cara untuk memperkuat ikatan emosional antara suami dan istri. Hal ini bisa dilakukan dengan saling memberi perhatian, pujian, dan hadiah kecil.

Firman Allah SW.
“إِنَّ الرَّجُلَ لَيُؤْجَرُ فِي رَفْعِ اللُّقْمَةِ إِلَى فِي امْرَأَتِهِ” (رواه البخاري)

“Sesungguhnya seorang laki-laki akan mendapatkan pahala karena menyuapkan makanan ke mulut istrinya.” (HR. Bukhari)

6. Memperkuat Iman dan Taqwa Bersama

Pasangan suami istri harus saling mengingatkan dan mendukung dalam memperkuat iman dan ketaqwaan. Ini termasuk beribadah bersama, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا” (التحريم: 6)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)

7. Bersabar dan Bertawakkal

Setiap rumah tangga pasti menghadapi ujian dan tantangan. Bersabar dan bertawakkal kepada Allah akan membantu pasangan menghadapi segala kesulitan dengan tenang dan bijak

“وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ” (البقرة: 45)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al-Baqarah: 45)

8. Mengikuti Teladan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Mengikuti sunah-sunah beliau dalam berumah tangga akan membawa berkah dan kebahagiaan.

“النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي” (رواه البخاري)

“Pernikahan adalah sunnahku, maka siapa yang tidak suka kepada sunnahku, maka dia bukan dari golonganku.” (HR. Bukhari)

Pernikahan dalam Islam adalah sebuah perjalanan spiritual yang penuh dengan makna dan tanggung jawab. Dengan memahami nilai-nilai pernikahan dalam Islam, pasangan suami istri dapat menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan penuh berkah.

Melalui niat yang ikhlas, saling menghormati, komunikasi yang baik, kerja sama dalam rumah tangga, menjaga kasih sayang, memperkuat iman dan taqwa, bersabar, dan mengikuti teladan Rasulullah SAW, pernikahan akan menjadi sarana untuk meraih ridha Allah dan kebahagiaan yang sejati.

Semoga tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pernikahan dalam Islam dan menjadi panduan bagi pasangan suami istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan penuh berkah.

Perilaku Pasangan (Suami / Istri) yang Sering Merusak Harmonisasi Hubungan

Pernikahan yang harmonis adalah impian setiap pasangan. Namun, ada berbagai perilaku yang bisa merusak harmonisasi hubungan suami istri. Berikut adalah beberapa perilaku tersebut:

1. Kurang Perhatian dari Pasangan Suami Istri

Perhatian adalah salah satu bentuk kasih sayang yang sangat penting dalam pernikahan. Kurangnya perhatian dapat menyebabkan perasaan diabaikan dan tidak dihargai.

“وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ” (النساء: 19)

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisa: 19)

Sabda Tasululah SAW.
“إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ” (رواه البخاري)

“Jika salah seorang dari kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah dia memberitahukan bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari)

2. Kurang Komunikasi dari Pasangan Suami Istri

Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan banyak kesalahpahaman dan konflik dalam rumah tangga. Penting bagi pasangan untuk saling berbicara dengan baik dan terbuka.

“قُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ” (الإسراء: 53)

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).” (QS. Al-Isra: 53)

3. Selalu Membebani Pasangan dengan Sesuatu yang Tidak Sanggup Dipikul

Menuntut pasangan untuk melakukan sesuatu yang di luar kemampuannya akan menyebabkan stres dan ketidakpuasan. Islam mengajarkan untuk tidak membebani orang lain di luar kesanggupannya.

“لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا” (البقرة: 286)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

4. Selalu Minta Dilayani

Pernikahan adalah tentang saling melayani dan membantu, bukan hanya satu pihak yang selalu dilayani. Kebiasaan ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan.

“خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ” (رواه الترمذي)

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)

5. Suka Melakukan Sesuatu yang Tidak Disenangi Pasangan

Mengabaikan perasaan dan keinginan pasangan dengan melakukan sesuatu yang tidak disukainya dapat menyebabkan konflik dan kebencian.

“وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ” (النساء: 19)

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisa: 19)

6. Suka di Luar dan Jarang di Rumah

Terlalu sering menghabiskan waktu di luar rumah tanpa alasan yang jelas bisa membuat pasangan merasa diabaikan dan kesepian.

“إِنَّ الرَّجُلَ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ” (رواه البخاري)

“Sesungguhnya seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)

7. Pasangan yang Berlaku Otoriter dan Pendapatnya yang Harus Diikuti

Sikap otoriter dalam pernikahan akan menghapuskan rasa hormat dan cinta. Islam mengajarkan musyawarah dalam mengambil keputusan.

“وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ” (الشورى: 38)

“Sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)

8. Pasangan yang Pelit atau Kikir

Kepelitan dalam memberikan nafkah kepada keluarga dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakharmonisan. Islam menganjurkan untuk memberikan nafkah dengan baik dan cukup.

“وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ” (البقرة: 233)

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” (QS. Al-Baqarah: 233)

Rasuukah SAW bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يقوت: “Cukuplah dosa bagi seseorang dengan ia menyia-nyiakan orang yang ia tanggung.
*(Abu Daud)*

9. Selalu di Rumah dan Terlalu Banyak Aturan

Terlalu banyak aturan yang kaku di rumah dapat membuat pasangan merasa terkekang dan tidak nyaman. Islam menganjurkan keseimbangan antara kebebasan dan aturan.

“يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا” (رواه البخاري)

“Permudahlah dan jangan dipersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari)

10. Suka Marah dan Terlalu Cerewet

Marah yang berlebihan dan terlalu cerewet dapat menciptakan suasana yang tidak harmonis. Islam mengajarkan untuk menahan marah dan bersikap lembut.

“وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ” (آل عمران: 134)

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali Imran: 134)

“لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ” (رواه البخاري ومسلم)

“Orang kuat bukanlah yang pandai bergulat, melainkan orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

11. Gila Urusan dan Suka Mengurus yang Bukan Wilayah Urusannya

Mengurus hal-hal yang bukan tanggung jawabnya dan terlalu sibuk dengan urusan luar bisa mengabaikan kewajiban dalam rumah tangga.

“مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ” (رواه الترمذي)

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi)

Kesimpulan

Harmonisasi dalam hubungan suami istri adalah hasil dari usaha bersama untuk saling memahami, menghargai, dan bekerja sama. Setiap pasangan harus berusaha menghindari perilaku yang dapat merusak hubungan dan selalu berupaya untuk memperbaiki diri. Dengan mengamalkan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits, pasangan suami istri dapat membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia, harmonis, dan penuh keberkahan.????

SEMOGA BERMANFAAT

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.