Paradoks Elektabilitas Anies Vs Nasdem dan Ekuivalensi Elektabilitas Prabowo-Gerindra

Ekuivalensi Elektabilitas : Prabowo-Gerindra

Anda lihat, terjadi kenaikan elektabilitas yang signifikan dari pemilu 2009 ke Pemilu 2014, dan kenaikan elektabilitas yang stabil di dua kali pemilu terakhir (2014 dan 2019). Kalao dikaitkan dengan Pilpres, akan kita temukan yang namanya ekuivalensi atau konsistensi elektabilitas, yaitu keselarasan antara peningkatan elektabilitas Capres dengan Partai. Maksudnya, peningkatan elektabilitas Capres berpengaruh pada peningkatan elektabilitas partai.

Untuk Pemilu 2024, Survei membuktikan terjadi ekuivalensi elektabilitas antara Capres Prabowo dan Partai Gerindra.

Di tulisan Saya, “Prabowo Menguat, Gerindra Terangkat”, Senin 21 November 2022 (buka saja FB Saya, https://www.facebook.com/Santri.Proletar ), pernah saya bahas soal ekuivalensi elektabilitas itu. Dan untuk pengingat, Saya tulis lagi poin-poin terkait di sini.

Saya agak kaget membaca hasil survei dari Skala Survei Indonesia (SSI), karena belum pernah Saya lihat sebelumnya di survei lembaga lain yaitu Partai Gerindra diprediksi menempati urutan pertama dalam perolehan suara pada Pemilu 2024.

Tapi, kekagetan Saya agak berkurang, karena hasil survei SSI itu terkonfirmasi oleh Big Data Jayabaya. Big Data tersebut memonitoring Ketersukaan netizen pada Partai Politik periode 01 Januari 2022 jam 00.00 – 18 Nov 2022 Jam 23.59, yang menempatkan Partai Gerindra di posisi tertinggi, meski selisihnya tipis.

Menurut Direktur Eksekutif SSI Abdul Hakim, Gerindra berhasil menempati posisi pertama dengan suara 19 persen. Posisi kedua PDIP dengan suara 18,3 persen, dan urutan ketiga ditempati Golkar 8,9 persen. “Tiga posisi berikutnya Demokrat 6,3%, PKS 5,8%, dan Nasdem 5,1%. Disusul tiga partai yang memperoleh suara di bawah 5%, yaitu PPP 2,3%, PKB 1,9%, dan PAN 1,7%,” kata Abdul Hakim.

Prediksi tersebut merupakan hasil survei Pilpres 2024 yang dilakukan dalam rentang waktu 6-12 November 2022 melalui 1.200 orang responden dari 34 provinsi.

Hakim menjelaskan, Gerindra menjadi partai yang paling banyak mendapatkan tambahan suara sebesar 6,4 persen. Sementara mayoritas parpol lainnya justru mengalami penurunan suara jika dibandingkan dengan hasil Pileg 2019.

Kalau di SSI bedanya Gerindra dengan PDIP tipis (Gerindra 19%, PDIP 18,3%), maka di Big Data lebih tipis lagi. Gerindra 17,9%, PDIP 17,2%, Demokrat 12,3%, PKB 11%, Nasdem dan Golkar sama, 9,8%, PKS 9,6%, PAN 5,1%, PPP 3,9%. Di luar 9 partai tersebut adalah Perindo, dapat suara 3,3%.

Total data (BigData) yang terkumpul / termonitor sampai 18 Nov 2022 jam 23.59 adalah 101.378 orang, dari seluruh Provinsi.

Jadi, kalau SSI dengan 1.200 responden hasilnya adalah (2 partai saja) : Gerindra 19% dan PDIP 18,3%, maka Big Data Jayabaya dengan 101.378 orang hasilnya adalah (2 partai juga) : Gerindra 17,9% dan PDIP 17,2%. Saya anggap clear, terkonfirmasi, hasilnya sama dan Saya tidak kaget lagi.

Selanjutnya di halaman berikutnya: Paradoks Elektabilitas : Anies Vs Nasdem

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *