JAKARTA – Ketua Milenial For Democracy Arul Amad Haikal menyayangkan adanya publik figur atau seorang artis menjadi calon legislatif (Caleg) yang mengandalkan popularitas tanpa memiliki kualitas tinggi. Arul berharap masyarakat sadar dan memilih Caleg yang memiliki kualitas untuk mewakili rakyat di parlemen.
“Ada figur dari artis, influcer yang menjadi caleg tapi sebelumnya tidak pernah bersinggung dengan kita. Selain itu, mereka tak pernah pengalaman atau track record di dunia aktivis atau di dunia politik terlebih dahulu,” kata Arul seperti dikutip di akun media sosial (Medsos) Tiktok, Instagram, Facebook Sodik, Rabu (7/2/2024).
@sodikmudjahid2024 Terimakasih atas dukungan kepada Kang Arul sebagai Ketua Milenial For Demoracy @milenialfordemokrasi untuk Kembali terpilih sebagai Anggota DPR RI untuk periode ketiga 2024-2029. #sodikmudjahid #fraksigerindra #bandungcimahi #bandung
Menurut Arul, tak mudah membendung masyarakat memilih Caleg yang tak memiliki kemampuan tinggi. Karena masyarakat Kota Bandung dan Cimahi masih ada beberapa yang belum cerdas secara politik. Dengan kondisi itu, Arul bersama kawan-kawannya beranikan diri menentukan sikap mendukung Anggota Komisi X DPR RI DR. IR. H. Sodik Mudjahid, MSc yang kembali mencalonkan diri sebagai anggota dewan untuk periode 2024-2024 dari Partai Gerindra nomor urut 2 Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat I yang meliputi Kota Bandung dan Cimahi.
Arul ingin orang berkualitas seperti Sodik Mudjahid terpilih kembali mewakili masyarakat Kota Bandung dan Cimahi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta. Ia berjanji, bekerja lebih keras agar pemilih milenial memilik Sodik di TPS.
“Daripada terpilih orang tak berkualitas, jadi kita tentukan pilih Pak Sodik. Kita beberapa alasan, pertama, tidak ada tokoh gerakan milenial yang memiliki tujuan yang jelas di Kota Bandung dan Cimahi. Mayoritas figur yang muncul dari kaum milinial tapi figurnya lebih tertarik isu-isu nasional tapi tidak begitu paham dengan isu lokal di Kota Bandung dan Cimahi. Bahkan ada calon hanya mengandalkan popularitas namun tak punya kemampuan mewakili rakyat,” jelas Arul.
Saat dihubungi wartawan, ia mengaku berkomitmen mendukung Sodik karena menemukan banyak hal dari figur dari alumni HMI dan PII ini. Di antaranya, ada kesamaan dari apa yang sedang diperjuangkan di Kota Bandung dan Cimahi bersama kawan-kawan pemuda di kota tersebut.
“Sodik figur orang tua, yang tidak milenial lagi. Namun, dari dalam diri Pak Sodik selama ini kita berinteraksi banyak hal yang sama-sama kita perjuangkan. Seperti, bagaimana para kaum milenial ini diberikan pendidikan politik terkait bagaimana menjadi warta yang cerdas. Dan itu kami dapatkan dari Pak Sodik. Ada Caleg tapi hanya mengadalkan popularitasnya saja. Padahal menjadi anggota dewan, kita perlu kualiats kemampuan memperjuangkan hak-hak kita sebagai rakyat,” papar Arul.
Alasan lain sehingga pihaknya, kaum milenial lebih mendukung Sodik karena Ketua Yayasan Darul Hikam Bandung ini sudah berposes sejak sekolah di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) hingga kepengurusan di Jawa Barat. Saat menjadi mahasiswa, Arul menceritakan, Sodik aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
“Kita paham, Sodik punya pengalaman yang jelas saat beliau berporses saat masih muda, Pak Sodik alumni HMI dan PII. Kedua organisasi itu, organisasi tua di republik ini, di mana kader-kadernya telah terbukti banyak berkontribusi pada negara ini. Orang seperti Pak Sodik yang berposes secara alamiah, mampu memperjuangkan hak-hak rakyat. Dan terbukti sudah tak terhitug apa yang telah berhasil diperjuangkan untuk Dapil Jawa Barat I Kota Bandung dan Cimahi. Dan, saya baca, tak hanya untuk warga Jawa Barat, Pak Sodik juga telah memperjuangkan banyak hal selama dua periode menjadi anggota dewan (2014-2019 dan 2019-2024).
Di akhir komentarnya, Arul menekankan demokrasi Indonesia dalam bahaya jika orang yang tak punya kualitas lolos mewakili rakyat ke DPR RI. Mengingat, lanjutnya, calon yang ada tidak layak duduk di parlemen karena mengandalakan diri sebagai publik figur, maka aspirasi rakyat tak bisa terjembatani.
Ia juga menyayangkan partai politik meloloskan orang yang mengandalkan popularitas tapi tak punya kemampuan. Namun sayang, Arul tak menyebut secara rinci Caleg dari publik figur tidak memiliki kualitas.
“Kawan-kawan lebih tahu siapa saya maksud. Yang jelas, kami resah pada proses ini, dan kita beri pendidikan politik pada kaum milenial. Ada orang yang tak punya track record yang benar tapi menjadi caleg, kita tidak tahu kenapa orang seperti ini bisa masuk (lolos sebagai caleg). Kenapa orang-orang lebih mementingkan popularitas dibandingkan kualitas. Kita tahu bahwa popularitas saat ini bisa disetting melalui lembaga survei. Kita resah dengan popularitas lebih menonjol, karena yang punya kualitas kadang bisa kalah dengan yang punya kualitas,” beber Arul.
“Yang disayangkan kenapa partai meloloskan orang seperti ini. Tapi, satu sisi partai perlu suara dan masyarakat kita belum cerdas secara politik, tentu ini sangat berbahaya bagi alam demorkasi kita. Dan alasan itu pula kami dukung Pak Sodik karena figur yang kami dukung ini memiliki kemampuan dan perjalan hidup yang kami anggap sudah tuntas,” tutup Arul.