Ada Pihak yang Takut
Melihat tingginya dukungan rakyat kepada Anies, maka ada yang berkeinginan Pilpres berlangsung di tahun 2024.
“Pilpres di tahun 2024 ada yang ingin menggagalkan, dengan pertimbagan mereka takut lantaran melihat ini arusnya kok luar biasa, gelombangya kok besar sekali. Dukungan kepada Mas Anies ini luar biasa. Sampai KPU pun membuat aturan bahwa sebelum masa kampanyepun dibuat aturannya, yakni tidak boleh datang ke sebuah daerah dalam bentuk sebuah kampanye, sebelum masa kampanye,” ungkap Tamsil.
Tindakan untuk menggagalkan Pilpres 2024, lantaran mengkhawatirkan gerakan dukungan kepada Anies Baswedan susah untuk dibendung.
“Karena saya kira semua berangkat dari ini susah dibendung gerakan ini, (Anies) pasti menang. Apalagi sudah ada hasil riset dari CSIS yang menyebutkan bahwa kandidat yang bisa menang pada pemilu pada 2024 adalah Mas Anies,” ulang Tamsil.
Bahkan, sebutnya, sejawatnya di parlemen menginisiasi perlunya adanya masa perpanjang masa jabatan presiden sekarang ini.
“Bahwa dulu kami berjuang untuk presiden treshold 0 persen. Tapi, kami gagal karena MK memutuskan PT tersebut harus tetap ada yaitu 20 persen. Dulunya, kami menduga bahwa kami sudah tak ada peluang untuk mendukung calon.” kisahnya.
Namun ternyata, Tamsil dan para penggiat demokrasi mendapat peluang untuk mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden dari partai Nasdem.
Awalnya, terang Tamsil, Nasdem adalah partai koalisi pemerintah sekarang ini, hingga menguasai 82 persen kursi DPR RI. Sedangkan partai nonpemerintah hanya beroleh 18 persen saja kursi di parlemen.
“Tapi ada peluang. Kalau dulu 82 persen kekuatan ada di kelompok Istana. sedangkan 18 persen oposisi, yaitu PKS dan Partai Demokrat tidak bisa mengusung kerena harus minimal punya suara sah paling sedikti 20 persen. Malah ada kini Nasdem yang ada dalam koalisi istana malah kecantol dengan figur kita ini, malah dia yang duluan mendukung anies,” ujar Tamsil.
Kepada para penggiat demokrasi di RRI, Tamsil menggugah bahwa ada tantangan mendatang, yaitu ada kecenderungan pihak tak bertanggung jawab untuk menjadikan Anies sebagai common enemy yang dibuat celah supaya Anies Baswedan tidak dapat mencalonkan diri di Pilpres 2024.
“Kawan-kawan, tantangan masih ada. Karena ada kecenderungan untuk menjadikan Mas Anies ini menjadi common enemy yang dibuat celah supaya anis tidak dapat mencalonkan diri dengan pelbagai cara. Contohnya, sewaktu Anies Baswedan pernah hendak dipersangkakan di KPK,” tamsil mengingatkan.
Di lain sisi Sekretaris RRI Imron Fadhil Syam, senada dengan Tamsil Linrung menyatakan reformasi masih perlu direstorasi lantaran jargon revolusi mental yang didengungkan presiden saat ini tidak kuat dan tidak konseptual.
“Di RRI ini ada sejumlah kompartemen kajian yang akan menyumbangkan gagasan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Restorasi adalah gagasan untuk perbaikan secara fundamental. Indonesia sedang tidak baik-baik saja, banyak hal yang perlu diperbaiki. Seperti “”gagasan revolusi metal” gagal lantaran indek korupsi, kolusi dan nepotisme semakin naik. Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Negara seakan disetir oleh hanya segelintir orang, mereka adalah para oligarki politik dan ekonomi.” ujar Imron.
Imron juga menegaskan bahwa “Tahun 2024 merupakan momentum emas untuk menemukan kembali orientasi dan paradigma baru pembangunan Indonesia. Proses pemilihan eksekutif dan legiskatif secara bersamaan di tahun 2024 mestinya tidak hanya berhenti pada metode dan teknis pemilihan yang dilaksanakan seretak, tetapi mampu mengisi ruang kemerdekaan baru bagi transisi dan regenerasi kepemimpinan nasional Indonesia.
Kepemimpinan generasi “baby boom” akan memberi estafeta kepemimpinan kepada “Generasi X” dan “Generasi Z” untuk mentransformasikan nilai-nilai luhur warisan masa lalu menjadi nilai-nilai masa depan yang lebih mencerahkan dan memajukan.
Indonesia sangat memenuhi syarat untuk menjadi negara maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta modal sosial dan sejarah kebesaran bangsa Nusantara Raya.”
Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) RRI Suryadi Naomi juga menegaskan dukungannya kepada presiden yang punya harapan publik yang mampu merumuskan sebagai negara bangsa yang sangat baik.
Suryadi memperkenalkan bahwa Rumah Restorasi Indonesia (RRI) bertugas untuk mengumpulkan ide-ide besar dari para cendekia. Di RRI ada tokoh gerakan orde reformasi 1998 yang sekarang menggerakan orde restorasi.
“Orde reformasi sudah 24 tahun dan kelihatannya belum ada kemajuan, malah kualitas bangsa menurun di bidang ekonomi, politik, antidemokrasi, kesejahteran, keamanan, dan lainnya,” ujarnya.
Suryadi menjelaskan, RRI tawarkan perubahan yang mendasar, yang paradigmatis, dan fundamental. Manifesto restorasi yang dideklarasikan pada tahun 2013, nyatanya dibacakan oleh Anies Rasyid Baswedan.
Untuk itu, RRI menegaskan Suryadi, ingin bersinergi dengan semua pihak di semua isu yang sesusai dengan rencana strategis nasional sehingga cita pada pembukaan UUD 45 dapat tercapai.
“Setidaknya ada 3 (tiga) perubahan besar yang terjadi pada sebuah bangsa dan negara. Pertama, revolusi, dimana terjadi suatu perubahan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan. Kedua, reformasi merupakan perubahan secara drastis dalam rangka perbaikan. Reformasi merupakan upaya perubahan terhadap suatu negara, badan, atau lembaga dengan melihat fenomena yang telah terjadi sebelumnya, dan dirasakan tidak memberikan dampak secara signifikan terhadap perbaikan kesejahteraan rakyat atau anggotanya melalui sistem pemerintahan maupun pengorganisasian yang lebih baik. Ketiga, restorasi yang memiliki makna pemugaran. Secara umum yang merujuk pada pengembalian atau pemulihan sesuatu kepada bentuk dan kondisi semula. Dalam konteks sosial, restorasi merupakan upaya yang diarahkan untuk mengembalikan atau memulihkan kondisi sosial masyarakat yang mengalami kondisi memudarnya/melemahnya nilai-nilai luhur jati diri/kepribadian bangsa sehingga dapat kembali pada kondisi idealnya. Paradigma perubahan yang bersifat revolutif dan reformatif sedang dan telah dijalankan dalam sistem politik dan kekuasaan. Paradigma Restorasi sebagai adopsi dari kisah inspiratif Kaisar Jepang yang disebut. Restorasi Meiji” masih belum dan sepertinya sudah menunggu untuk diterapkan. Kisah “Restorasi Meiji” membawa dampak yang amat luar biasa dalam segala bidang kehidupan Jepang melaju ke masa kejayaannya menjadi negara yang kuat dan modern dan sejajar dengan maju lainnya,” jelas Suryadi.