Ketum FABEM Kritik Aditia Irawati: Pidato Pak Presiden Tak Pernah Berkata Rakyat Jelata

JAKARTA – Belum usai, masalah umpatan Gus Miftah terhadap penjual es, perkataan rakyat jelata pun dilontarkan seorang Juru Bicara Presiden Prabowo Subianto.

Ketua Umum Forum Alumni Badan Eksekutif Mahasiswa (FABEM), Zainuddin Arsyad mengatakan, Adita Irawati, Jubir Presiden, tidak  salah berkata “Rakyat Jelata”, namun kurang bersahaja disaat Presiden Prabowo begitu harmoni dengan masyarakat.

“Pidato Bapak Prabowo tidak pernah berkata rakyat jelata, namun senantiasa menyematkan kata saudara untuk rakyat dan masyarakat dari semua lapisan dengan nada yang bersahaja ketika menyentuh lapisan masyarakat paling bawah,” kata Zainnudin, pada Jum’at (6/12/24).

Menurutnya, saat pidato pelantikan Presiden Prabowo memanggil kata saudara sebanya 98 kali kepada semua kalangana anak bangsa dari Wakil presiden RI, pejabat negara, pimpinan partai politik, pesaing kontestasi pilpres, cendikiawan, ulama, pemuda, mahasiswa maupun insan pers.

“Bahkan rakyat kecil dan paling miskin sekalipun juga dipanggil saudara oleh Bapak Presiden Prabowo, jika dihitung jumlah panggilan saudara itu terbanyak justru dari kalangan masyarakat biasa bukan pejabat pemerintah atau pimpinan partai politik,” ungkapnya.

Dijelaskannya dalam sambutan pada saat Tanwir Muhammadiayah, pertama-tama ia memuji tokoh Muhammadiyah sebagai pendiri TNI, bahwa panglima besar TNI yang pertama adalah seorang Kepala sekolah SMA Muhammadiyah Purwokerto. Berarti pengaruh Muhammadiyah juga selain dakwah tapi juga menanamkan patriotisme, semangat cinta tanah air, dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang luar biasa. Prabowo memuji semua kalangan dari Pejabat, Pimpinan Muhammadiyah hingga struktur bawah bahkan Presiden Prabowo merendah dan berterimakasih.

“Saya ingin mengatakan, bukan pengurus Muhammadiyah yang harus terima kasih saya hadir, saya yang terima kasih karena saya merasa, saya merasa tidak hanya kehormatan, tapi saya merasa penting bagi saya untuk bisa bicara kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah, kepada para guru, kepada para ustaz, kepada para ulama. Ustaz, guru, ulama adalah pendidik bangsa, adalah panutan rakyat, panutan masyarakat,” kata Zainnudin mengutip ungkapan Prabowo Subianto dalam acara tersebut.

“Dari dua pidato yang kita dengarkan betapa beretikanya beliau sebagai pemimpin terhadap rakyatnya, sesuai yang diamanatkan Pancasila,” bebernya.

Kata Zainuddin, seorang pejabat negara sudah seharusnya memahami karakter kepemimpinan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan baik secara kata maupun perbuatan agar dapat menjalankan roda pemerintahan secara hirarki dan terbangun rasa harmonisasi dengan masyarakat luas.

“Pentingnya pejabat negara mengamalkan nilai-nilai pancasila yang luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sehingga setiap kerangka kerjanya dapat dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada atasan namun juga kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT,” pungkasnya.

Pos terkait