Impor Beras untuk Siapa?

JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS Amin meminta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) bersama Bulog bersikap jujur soal importasi beras terkait apa yang dijadikan dasar dibalik keputusan impor.

Ia menyoroti “keukeuhnya” pemerintah mengimpor beras, yang Senin (16/12/2022) lalu sudah direalisasikan sebesar 5.000 ton dari rencana 500 ribu ton.

Menurut Amin jika pengendalian harga beras dilakukan dengan cara impor itu sih mudah dan instan. Persoalannya, impor beras ditengah produksi petani sendiri yang berlebih, itu bukan langkah bijak karena mengganggu penyerapan beras petani. Kebijakan impor beras merupakan pukulan berat bagi petani karena menekan harga beras petani.

Pemerintah harus mencari solusi yang lebih baik selain impor. Kewajiban pemerintah untuk mencari strategi yang tepat tanpa harus mengorbankan petani dan kepentingan nasional dalam upaya mewujudkan swasembada pangan.

“Kebijakan impor hanya menunjukkan ketidakmampuan Pemerintah dalam mengelola beras nasional karena saat ini stok beras justru naik. Ini juga mempermalukan pemerintah sendiri karena beberapa waktu lalu mengklaim sudah 3 tahun Indonesia tidak mengimpor beras alias sudah tercapai swasembada tapi klaim tersebut tidak sesuai dengan fakta,” kata Amin pada wartawan, Rabu (21/12/2022).

Anggota DPR RI dari Dapil Jatim IV itu pun prihatin dengan kisruh data perberasan nasional yang muncul setiap tahun. Harmonisasi data pangan, informasi pangan serta akuntabilitas neraca komoditas pangan tidak pernah diselesaikan.

Keputusan Kemendag untuk impor beras disebutkan karena cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog menipis hingga tersisa 570 ribu ton dari batas minimal yang dianggap aman sebesar 1,2 juta ton. Impor dilakukan untuk menambah stok CBP.

Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun ini terjadi surplus beras sebesar 1,7 juta ton. Produksi beras sepanjang tahun ini mencapai 31,90 juta ton, sedangkan konsumsi nasional 30,20 juta ton. Selain itu, konsumsi beras per kapita trennya juga menurun.

Selanjutnya di halaman berikutnya:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *