Oleh: Dr. dr. H. Andi Sofyan Hasdam, SpN, Penulis Tinggal di Bontang
Seorang pria, sebut saja namanya Mukidi, pegawai pada sebuah instansi pemerintah. Setelah usianya beranjak ke lima puluh tahun, sangat terlihat perubahan pada daya ingatnya. Setiap hari ketika berangkat ke kantor, ada saja barangnya yang ketinggalan.
Setiap hari ketika diperjalanan menuju kantor, dia menerima telpon dari isterinya mengabarkan mengenai barangnya yang ketinggalan. Hari ini tasnya, lain hari kunci ruangannya, dan pada hari lain barang yang lain lagi. Namun yang membuat Mukidi kesal karena setiap isterinya menelpon, selalu diikuti dengan kata memang papa ini sudah pikun.
Karena tidak mau dibilangi pikun, maka suatu malam Mukidi mencatat semua barang yang harus dia bawa ke kantor besok pagi. Dan keesokan paginya Mukidi dengan rasa percaya diri melangkah meninggalkan rumah setelah semua barang yang dia catat sudah terbawa.
Namun ditengah perjalanan, isterinya menelpon lagi. Begitu Mukidi mengangkat telpon langsung dia mengatakan Belum tua kan?, belum pikun kan?, tidak ada barang yang ketinggalan kan?. Langsung isterinya menjawab, iya tidak ada yang ketinggalan, tapi papa segera pulang, “Hari Ini Hari Libur. ”
Mukidi…. Mukidi…makin parah aja.