Hari ini kita memperingati hari lahir pancasila adalah sebagai bentuk kesyukuran atas konsesus kita dalam berbangsa. Peringatan ini mengingatkan kita agar selalu memposisikan Pancasiln sebagai gurnd norm dalam tata kehidupan bernegara.
Artinya, kita wajib menjadikan pancasila sebagai falsafah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehari hari. Kita wajib menggunakan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber rujukan normatif dan moral dalam penyelenggaraan negara.
Tentunya Pancasila adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.
Saya melihat, ada dua kado pahit saat hari lahir Pancasila tahun ini. Pertama, adanya usulan RUU Haluan Ideologi Pancasila yang tidak memasukkan TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. Seolah ada yang ingin mengaburkan sejarah bahwa PKI pernah hendak mengganti Pancasila dengan Komunisme. Tentunya TAP MPR tersebut memiliki makna fundamental terhadap RUU HIP, namun anehnya malah tidak dijadikan sebagai salah satu konsideran.
Kedua, publik terhenyak ketika ada pengangkatan pejabat publik yang selama ini dikenal kerap menulis hal hal kontroversial seperti soal bokep, PKI, hingga hari kesaktian pancasila yang dianggap tidak relevan lagi. Jika memang Pancasila sebagai standar moral dalm berbangsa dan bernegara, seharusnya hal seperti ini tidak boleh terjadi. Apalagi jika menyatakan bahwa hari kesaktian Pancasila tidak relevan lagi, seolah ini ingin menghapus jejak kelam pengkhianatan PKI kepada bangsa ini. Lantas dimana nilai NKRI nya, lantas dimana nilai Pancasilanya. Tentunya ini menjadi pertanyaan besar untuk rakyat Indonesia, apa memang sudah tidak ada orang lain yang bisa diangkat dalam jabatan tersebut?
sini Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi Negara Republik Indonesia.
Mari posisikan kembali Pancasila sebagai sumber tertib hukum Republik Indonesia. Sehingga Pancasila adalah pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia.
Habib Aboe Bakar Alhabsyi, Ketua MKD DPR RI