G20, Serikat Penambang: Jangan Jadikan Tameng Tutupi Kegagalan Jokowi

JAKARTA – Presidium Serikat Penambang Rakyat Indonesia (SPRIN), menilai dua Periode Nawacita Presiden Joko Widodo gagal dalam mendorong tambang rakyat legal. Ketua Presidium SPRIN, Irwan Abdul Hamid, S.H mengatakan, fakta saat ini di Indonesia hampir di 2.600 lebih lokasi tambang Rakyat mengalami kesulitan mendapatkan legalitas.

Selain itu, ungkapnya, isu Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) sejak tahun 2017 melalui instruksi Presiden Jokowi yaitu penutupan tambang di 850 spot, ternyata langkah yang dilakukan hanya sebatas penertiban tanpa solusi. Bahwa, sambungnya, agenda utama adalah penghapusan mercuri dan sianida serta upaya tata kelola tambang rakyat, namun sampai detik ini bahan Kimia kategori B3 semakin merajalela dan bebas beredar di area tambang rakyat.

Bacaan Lainnya

“Pasalnya, dugaan kuat adanya oknum-oknum yang sengaja mencari keuntungan dan seperti tidak rela tambang rakyat menjadi legal, aman dan ramah lingkungan atau pemerintah tidak punya solusi mengatasi dampak pengelolaan tambang,” ujarnya, Selasa (8/11/22).

Saat ini, lanjutnya, masyarakat penambang sangat sulit mendapatkan pembinaan menuju legalitas bahkan mereka cenderung ditangkap dan sebagian harus ditetapkan tersangka oleh aparat keamanan baik Polda maupun Polres setempat. Ia mengungkapkan, kondisi ril pada saat wabah Pandemi Covid -19 pelaku kegiatan tambang rakyat mampu bertahan sejak 2020 hingga tahun 2022 sekarang.

“Sangat ironis apabila penambang rakyat diminta berizin padahal pemerintahnya tidak siap mengurus rakyat apalagi mendorong Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR),” tandasnya.

Padahal, katanya, dalam Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat” dan pasal 24 yaitu wilayah atau tempat kegiatan Tambang rakyat yang sudah di kerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai WPR di prioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.

“Nawacita Presiden Jokowi salah satunya adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Rupanya hanya isapan jempol buktinya rakyat harus bayar mahal mencari keadilan ketika menambang,” pungkasnya.

Dimana G20 merupakan forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Presidensi G20, Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema “Recover Together, Recover Stronger”. Tema ini diangkat oleh Indonesia, menimbang dunia yang masih dalam tekanan akibat pandemi COVID-19, memerlukan suatu upaya bersama dan inklusif, dalam mencari jalan keluar atau solusi.

“Untuk itu, Serikat Penambang Rakyat Indonesia (SPRIN), kecewa dengan pemerintahan Jokowi yang tidak mampu mencari solusi tambang rakyat, seakan rakyat hanya mampu didorong sampai pada gerbang kemerdekaan dan tidak sampai ke dalam gerbang kesejahteraan,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *