Diseminasi Teknologi Mesin 3P Dorong Kesejahteraan Produsen Tempe di Sepande Sidoarjo

SIDOARJO – Koperasi Primkopti Sepande Sidoarjo, sebagai salah satu pusat produsen tempe terbesar di Kabupaten Sidoarjo, kini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan keberlanjutan ekonomi anggotanya.

Dengan lebih dari 100 UKM yang memproduksi tempe secara manual, tantangan dalam hal efisiensi produksi dan kualitas produk menjadi permasalahan utama.

Bacaan Lainnya

Untuk mengatasi kendala ini, Koperasi Primkopti menginisiasi Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi (PDTI) dengan menggandeng Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Narotama dalam penerapan Mesin 3P dengan ketua pelaksana, Dr. Andre Dwijanto Witjaksono yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk tempe.

Desa Sepande di Kecamatan Candi telah lama dikenal sebagai sentra pembuatan tempe tradisional, di mana sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari industri tempe rumahan.

Namun, metode produksi yang digunakan saat ini masih sangat sederhana, bahkan beberapa produsen masih menggunakan tenaga kaki dan tangan untuk memproses kedelai. Proses pemecahan dan pengupasan kedelai ini memakan waktu yang lama, dan sering kali kualitasnya tidak konsisten karena proses yang tidak higienis.

“Proses pemecahan dan pemisahan kulit ari kedelai yang dilakukan secara manual membutuhkan waktu yang sangat lama dan sangat melelahkan bagi para pekerja,” urai anggota tim PDTI dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Djoko Suwito. Senin, (23/9/2024).

“Selain itu, karena peralatan yang digunakan tidak standar foodgrade, ada risiko kontaminasi bakteri pada produk tempe yang dihasilkan, yang bisa menurunkan kualitas dan keamanan konsumsi,” tandas Djoko.

Untuk menjawab tantangan tersebut, tim PDTI menghadirkan solusi berupa Mesin 3P. Mesin ini dirancang untuk memecahkan, mengupas, dan memisahkan kulit ari kedelai secara otomatis dalam satu proses, sehingga mempercepat waktu produksi secara signifikan.

Dengan menggunakan teknologi ini, produsen tempe di Sepande dapat meningkatkan kapasitas produksinya, sehingga mampu memenuhi permintaan yang semakin meningkat di pasar lokal maupun nasional.

Namun, inovasi ini tidak hanya berfokus pada efisiensi produksi. Program PDTI juga mencakup pelatihan dan pendampingan kepada para produsen tempe mengenai BINA SNI.

“Kami memberikan pelatihan yang mengajarkan produsen tentang pentingnya mematuhi standar nasional agar produk mereka dapat bersaing di pasar yang lebih luas,” papar anggota tim pelaksana dari Unesa, Ir. Wahyu Dwi Kurniawan. (ari)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *