Oleh : Muhammad Jufri Rumaratu, Penulis Kader HMI Jakarta
Pondemik Corona covid-19 yang semakin memburuk membuat kecemasan para mahasiswa perantau menjadi tidak berdaya.
Dalam kondisi seperti ini kami seakan di paksa bertarung untuk bertahan hidup, walaupun kami tau di daerah kami terdapat potensi penghasilan yang di kelolah oleh pemerintah dengan jumblah mendapatan hasil mencapai angka triliun rupia per bulan.
Ini menjadi rasa prihatin terhadap kami untuk pemimpin kami yang melupakaan anak cucu generasinya, yang bertarung diluar kota untuk mengembanag ilmu agar dapat mengembang daerah.
Melihat kondisi perkembangan Covid-19 yang semakin parah, angka kematian terus bertamba/meningkat. Kami mahasiswa perantauan, seakan Mati Paksa dalam keadaan yang tidak berdaya. Harus tetap diruma dan tidak kemana-mana, bayang- bayang kematian menghatui kehidupan kami,
Bertahanpun menjadi ancaman, karna kami tidak bisa mengandalkan orang tua kami yang hanya sebatas petani dan nelayan untuk memberikan kami asupan agar dapat membuat kami bertahan dalam situasi pondemik Corona ini.Melangka keluar dari kosan, dihantui rasa ketakutan.. Lalu apa yang bisa kami perbuat?
Pemimpin kami diam seakan kami bukan bagian dari anak cucu generasinya, kami tau dan sadar bahwa tuhan adalah solusi dari setiap masalah, tapi kami tau dan sadar bahwa kami hidup di sebuah wilayah yang didalam nya ada orang yang memimpin dan mengatur kami.
Tetapi kami seakan-akan tidak merasakan bahwa mereka hadir untuk menghilangkan rasa ketakutan dan kecemasan kami.Padahal kami tidak membutuhkan belas kasihan dari mereka, kami hanya membutuhkan kehadiran, motivasi dan semangat dari mereka untuk menguatkan rasa takut yang menghatui kami dalam menghadapi ancaman tersebut.
Namun harapat pun pupus, dengan tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mereka, disaat kami hidup dalam ketakutan di negeri orang.
Semangat Juang para Perantau di ibu kota
Semangatt Juang para perantau di ibu kota