Batalnya Poros Keempat

Dukungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kepada pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, memutus harapan adanya poros keempat di Pilpres 2024 tahun depan.

Sebelumnya, harapan adanya poros keempat terjadi setelah Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan, dan rumornya ada ajakan dari PPP untuk membentuk poros baru yang diisi oleh tiga partai, yakni Demokrat, PKS dan PPP. Rencananya, koalisi ini akan mendukung pasangan Sandiaga-AHY sebagai bacapres dan bacawapres.

Bacaan Lainnya

Sayangnya, harapan adanya poros keempat gagal seiring dengan dukungan resmi PKS terhadap pasangan AMIN di Pilpres 2024 tahun depan. Walaupun sebenarnya, batalnya poros keempat dan dukungan PKS kepada pasangan AMIN sudah bisa di prediksi sejak awal.

Kenapa?

Guna PKS untuk Anies: Penyeimbang Nasdem?

Walaupun menjadi Bacapres, posisi Anies dalam koalisi tidak begitu kuat. Hal ini bisa dilihat dari penentuan posisi bacawapres yang diusulkan lalu ditentukan oleh kesepakatan Surya Paloh dengan Muhaimin, dan baru disodorkan ke Anies untuk disepakati.

Jika tidak ada PKS dalam koalisi, maka posisi dominan akan menjadi milik Surya Paloh dan Nasdem lalu Muhaimin dan PKB, baru Anies Baswedan. Ini secara politik. Kita belum menghitung sponsor ekonomi-politik lainnya seperti Jusuf Kalla.

Kenapa seperti itu? Ini karena posisi Surya Paloh dan Muhaimin sebagai Ketua Umum partai politik pemegang tiket pencalonan. Keberadaan ambang batas pencalonan Presiden, atau Presidential Treshold membuat partai politik menjadi lebih dominan dibandingkan bacapresnya.

Apalagi jika bacapresnya di jemput dari luar seperti Anies Baswedan. Maka, keberadaan PKS menjadi sangat krusial bagi Anies. Selain membantu suara secara elektoral, PKS dapat menjadi penyeimbang bagi Nasdem dan PKB dalam koalisi.

Simbiosis Mutualisme Anies Baswedan dan PKS

Berbicara suara elektoral, PKS berada dibawah PKB dan Nasdem pada pemilu 2019. Ketiga partai politik ini berada dalam posisi berurutan dalam hal perolehan suara, PKB berada di urutan ke-4 (13 juta suara), Nasdem ke-5 (12 juta suara) dan PKS ke-6 (11 juta suara).

Namun yang menarik adalah prediksi lembaga survey tentang perolehan suara PKS di pemilu tahun 2024. Selama bulan Juli, dua lembaga survey, LSI dan Voxpol memprediksi bahwa PKS akan berada di urutan ketiga perolehan suara di Pemilu 2024, hanya kalah dari PDIP dan Gerindra.

Artinya efek kait, dari dukungan PKS kepada Anies memiliki efek yang lebih signifikan bagi partai, lebih dari efek Anies kepada Nasdem. Litbang Kompas dan Indikator juga merilis hasil dimana posisi suara PKS selalu lebih tinggi dari pada Nasdem.

Konsistensi PKS dalam satu dekade terakhir bisa jadi membawa hasil yang sama dengan apa yang di dapatkan PDIP pada medio 2004-2014. Karena selama periode 2014-2024, PKS konsisten berada di luar pemerintahan, dukungannya kepada Anies juga sangat konsisten dari Pilkada DKI Jakarta, hingga Pilpres tahun 2024 mendatang.

Jika tidak ada kejadian luar biasa, maka prediksi banyak lembaga survey tentang perolehan suara PKS di tahun depan bisa menjadi kenyataan. Dan, jika. Jika seandainya Anies-Muhaimin terpilih, posisi PKS akan menjadi lebih terkonsolidasi dibandingkan Nasdem di koalisi.

Maka hati-hati, kedepannya bukan lagi Anies Nasdem tapi Anies PKS.

 

Ditulis oleh Muhammad Syaifulloh, Ketua Umum Angkatan Muda Khatulistiwa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *