Apa Rahasia Keberhasilan Makhluk Bernama Manusia?

Saya mengamati dengan seksama: kenapa manusia diciptakan dari bahan yang sama, dididik di lingkungan yang sama, makan dari nasi yang sama, berusaha dari jenis yang sama, tapi kenapa yang satu berhasil mencapai harapannya, dan mengapa yang lain gagal? Saya tidak buru-buru menjawab bahwa itulah takdir hidupnya.

Setelah saya amati dan mengumpulkan beragam kasus, ternyata faktor penentunya adalah soal KUALITAS KEMAUAN / KEHENDAK yang berbeda antara yang berhasil dengan yang gagal. Tidak selamanya betul ada faktor nasib baik dan kemujuran di sana. Kalau kemauannya rendah, kemujuran seperti apa pun hampir tak berfungsi bagi keberhasilannya.

Selain kualitas kemauan ini, ada juga faktor tujuan yang jelas ingin diraih oleh yang bersangkutan. Banyak orang mengklain bahwa dirinya memiliki tujuan hidup, padahal sebenarnya hanya sekedar MENJALANI HIDUP. Orang yang sekedar menjalani hidup, tentu bukanlah orang yang memiliki tujuan hidup. Menjalani hidup, hadir dari situasi psikologis yang kosong tujuan hidup. Yang sebenarnya hadir dalam jiwa sadarnya adalah mengikuti waktu semata bersama berjalannya umur hingga ajal menyelesaikan jatah hidupnya.

Jadi antara tujuan hidup dan kemauan dua komponen faktor hidup manusia yang saling menunjang satu sama lain. Kemauan tidak akan muncul dengan keras dan kuat, jika tak ada tujuan yang jelas dan pasti. Begitu juga. Tujuan yang jelas tidak akan berguna dan berarti, jika tidak ada kemauan yang besar dan deras.

Kemauan adalah buah dari keadaan hati dan jiwa. Hati dan jiwalah yang melahirkan kemauan itu. Sifat kemauan adalah sifat jiwa dan hati. Hati adalah wadahnya jiwa. Dan jiwa adalah makhluk ghaib pelengkap manusia yang menempati wadah hati itu.

Sedangkan tujuan adalah buah dari kerja akal. Akallah yang merumuskan tujuan itu sehingga jelas dan terang hingga merebut perhatian dan membakar kemauan itu. Akal berwadah di otak. Tanpa organ otak, akal tak akan berfungsi.

Nah, kemauan ini darimana datangnya? Bagaimana menguasai dan mengaturnya agar menjadi sumber dan penentu keberhasilan manusia?

Kemauan ini ada yang bersifat kemauan baik, dan ada kemauan yang bersifat buruk. Sifatnya ditentukan oleh tujuan dari kerja kemauan itu sendiri. Jika kemauan itu bekerja untuk mencapai hal-hal yang dilarang, maksiyat dan yang melanggar kemaslahatan manusia dan tatanannya, maka kemauan itu pun menjadi buruk.

Ibarat mesin ghaib, kemauan ini mempunyai bahan bakar untuk dapat aktif dan bekerja. Cinta merupakan bahan bakarnya selain benci.

Saya mendapati manusia terbakar kemauannya untuk membeli sepeda hanya karena cintanya pada sebuah sepeda. Segala daya dan upayanya dikerahkan untuk membeli sepeda itu. Terutama seperti saat ini, ketika musim sepeda lagi ramai dan tren.

Saya juga mendapati manusia terbakar kemauannya untuk melenyapkan kelas borguise seperti yang mereka definisikan. Setiap kali di jalanan dia berjumpa dengan representasi kelas borguise itu, mempunyai mobil mewah gaya angkuh dan menjabat sebagai owner pabrik dimana banyak buruh dieksploitasi tenaganya secara murah di sana, kebenciannya membakar kemauannya untuk berjuang lagi menyusun kaum buruh untuk merebut kekuasaan negara. Agar dengan jatuhnya kekuasaan negara di tangan kaum buruh yang sebenarnya di tangan dirinya dan partainya, orang borguise seperti tadi dapat lenyap dari hadapan dirinya secara sistematis dan pasti.

Singkatnya, itulah kasus kemauan yang timbul dari efek kebencian. Dan tenaga kemauan dari kebencian jangan diremehkan. Banyak negara hadir hari ini, seperti China Komunis lahir dari kualitas kemauan semacam itu.

Banyak penguasa politik muncul di tengah masyarakat, berasal dari kemauan semacam itu. Tapi banyak juga orang berhasil berasal dari kemauan yang dibakar oleh cinta. Syeh Jihan dengan bangunan indah monumental, Taj Mahal, wujud karena cinta pada orang yang dikasihinya. Umat Muhammad yang eksis dan berkembang hingga hari ini wujud juga karena cinta Muhammad Saw pada umat dan Robb-nya.

Dan banyak keluarga yang sukses juga mencuat karena cinta di dalamnya hadir begitu baik dan hidup.

Rahasia Kemauan

Kemauan seperti yang sudah diulas di atas, merupakan anak atau buah dari hati. Salah alamatlah, jika memandangnya sebagai perkara akal. Apalagi otak. Fenomena dan gejalanya tidak dapat didekati dengan pendekatan rasional. Salah alamat.

Kemauan lebih dekat pada rasa. Rasa yang bersifat ghaib. Tak bisa disentuh, tapi sangat nyata dirasa. Kiranya dia bagian dari dimensi ruh. Jika ruh adalah arus listrik, maka kemauan adalah jenis arusnya. Bukanlah suatu kebetulan jika pada fenomena listrik, terdapat arus kuat dan arus lemah. Tapi ada juga fenomena elektromagnetik. Barangkali, analoginya kira-kira begitu. Walaupun tidak tepat sama.

Kemauan sebagai fenomena kejiwaan, bersifat potensial, tapi juga dapat digembleng dan dilatih hingga terbentuk menjadi kuat dan besar. Agaknya dia seperti otot. Otot yang terlatih, akan kuat dan besar.

Latihan atau riyadlah hati, akan membentuk kemauan. Hati yang memperturutkan kesenangan dan kenikmatan ragawi, dipastikan akan membuat sifat kemauan lemah dan loyo. Sedangkan hati yang ketat mengatur tarikan nafsu/dorongan untuk menikmati kesenangan ragawi, akan berakibat baik bagi kualitas kemauan.

Oh, di sini kita tahu sekarang hikmahnya puasa, sholat tahajjud dan amalan-amalan saleh yang mengekang hawa nafsu itu. Fungsinya agar kemauan pada kebaikan itu kuat dan besar di dalam jiwa.

Maha benar Allah atas semua penciptaan-Nya.

~ Syahrul Efendi Dasopang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *