BEKASI — Di tengah tantangan keterbatasan fasilitas dan lokasi yang berada di wilayah pesisir utara, RSUD Cabangbungin membuktikan bahwa kualitas pelayanan publik tidak ditentukan oleh letak geografis atau besarnya anggaran, melainkan oleh visi kepemimpinan, dedikasi SDM, serta komitmen terhadap inovasi. Rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Bekasi ini kini menjelma menjadi salah satu simbol transformasi pelayanan kesehatan yang revolusioner di Jawa Barat.
Didirikan pada tahun 2017 dengan kapasitas 50 tempat tidur, RSUD Cabangbungin sempat mengalami masa-masa sulit dengan tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) hanya 17,4% pada tahun-tahun awal operasionalnya. Namun, melalui tangan dingin Direktur Utama dr. Erni Herdiani, MH., MARS dan implementasi program inovatif Rusa Berlian (Rumah Sakit Berorientasi Pelayanan), capaian BOR meningkat drastis hingga mencapai 116,5% pada Juni 2025, menjadikan rumah sakit ini sebagai bukti nyata keberhasilan reformasi pelayanan publik berbasis kebutuhan masyarakat.

“Kami menjadikan keterbatasan sebagai pemicu inovasi, bukan alasan untuk stagnasi. Rusa Berlian bukan hanya sebuah program, tapi gerakan budaya pelayanan yang kami tanamkan dari pimpinan hingga lini pelayanan terbawah,” ujar dr. Erni Herdiani dalam keterangan persnya. Ia menegaskan bahwa transformasi rumah sakit harus berangkat dari semangat pelayanan, bukan sekadar pengadaan fasilitas.
Berbagai prestasi nasional dan regional berhasil diraih, di antaranya: Juara 1 Kompetisi Inovasi Jawa Barat 2024, Top Finalis Nasional Kompetisi Pelayanan Publik 2025, Juara 1 Inovasi Perangkat Daerah 2025, serta perolehan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 90,38 dalam kategori sangat baik. Tak hanya itu, RSUD Cabangbungin juga berhasil meraih predikat Reformasi Birokrasi kategori A, sekaligus mencatat lonjakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Rp1,4 miliar menjadi Rp10 miliar, peningkatan sebesar 90% melalui skema Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Keberhasilan ini tidak datang dengan sendirinya. RSUD Cabangbungin secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Transparansi, akuntabilitas, serta keterlibatan aktif masyarakat menjadi prinsip dasar dalam setiap kebijakan pelayanan yang diambil oleh manajemen rumah sakit.
“Kami percaya bahwa rumah sakit daerah bisa menjadi pusat keunggulan pelayanan, asalkan dikelola dengan integritas, inovasi, dan orientasi pada kebutuhan masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah hak dasar, dan kami berkomitmen menjadikannya berkualitas untuk semua lapisan warga,” tegas dr. Erni, Minggu (7/9/2025).
Ia menambahkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam memberi umpan balik merupakan bagian dari clinical governance yang terus diperkuat di internal rumah sakit.
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah daerah, RSUD Cabangbungin akan mendapatkan penguatan infrastruktur signifikan mulai tahun 2026, dengan rencana pembangunan gedung baru empat lantai yang akan menambah kapasitas menjadi 122 tempat tidur, termasuk layanan ICU, PICU, dan NICU. Langkah ini selaras dengan amanat Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional yang mendorong akses layanan esensial di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah pesisir.

Melalui pendekatan yang inovatif, RSUD Cabangbungin tidak hanya melayani, tapi juga mendidik. Berbagai program edukatif seperti Hospital Goes to School, Kelas Ibu Hamil, hingga pelatihan kesehatan lingkungan untuk masyarakat nelayan menunjukkan bahwa rumah sakit ini hadir sebagai agen perubahan sosial, bukan sekadar institusi kuratif. “Kesehatan itu dimulai dari edukasi, bukan hanya pengobatan. Kami ingin masyarakat menjadi subjek, bukan objek pelayanan.” Pungkas dr. Erni Herdiani, MH., SARS.
RSUD Cabangbungin kini bukan hanya rumah sakit, melainkan simbol harapan dan ketangguhan pelayanan publik di tengah keterbatasan. Keberhasilannya menjadi ikon inovasi tidak hanya membanggakan Kabupaten Bekasi, tetapi juga menginspirasi daerah lain di Indonesia untuk membuktikan bahwa pelayanan publik yang unggul bisa lahir dari pelosok.
(CP/red)