MAKASSAR— Pemerintah Kota Makassar resmi meluncurkan Layanan online terintegrasi warga Makassar (LONTARA+) versi 1.0, Super Apps yang dirancang menjadi platform terpadu untuk seluruh layanan publik kota.
Aplikasi versi 1.0 merupakan langkah awal dalam mengembangkan sistem operasi mobile yang terbuka dan berbasis Linux, yang kemudian menjadi sangat populer.
Aplikasi ini diposisikan sebagai program prioritas (flagship) Pemkot Makassar untuk periode 2025–2030 dan akan menjadi tulang punggung bagi berbagai program strategis lainnya. Dan kini bisa download aplikasi di Play Store.
Peluncuran Lontara+ dilakukan dihadiri oleh Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham, Ketua TP PKK Melinda Aksa Mahmud, serta pimpinan media dan tim ahli Pemkot serta Forkopimda.
Pada kesempatan ini, Tim ahli Pemkot Makassar, Dara Nasution, menjelaskan bahwa saat ini terdapat setidaknya 358 aplikasi milik berbagai SKPD yang berjalan secara terpisah.
Lanjut dia, LONTARA plus hadir untuk mengintegrasikan seluruh fungsi tersebut ke dalam satu aplikasi ringan, sehingga tidak membebani memori ponsel masyarakat namun mampu memberikan akses ke seluruh layanan kota.
“Visinya adalah satu aplikasi terpadu untuk seluruh layanan publik Kota Makassar. Kami tidak ingin warga harus mengunduh banyak aplikasi berbeda. Semua fungsi yang ada sebelumnya kami rangkum di Lontara+,” ungkap Dara.
Lebih lanjut alumni Oxford itu menjelaskan. Tiga Nilai Utama aplikasi program teraebut, inklusif, cepat, mudah. Lontara+ dirancang dengan tiga value utama.
Pertama, keterjangkauan dan inklusivitas, dimana aplikasi ini dibuat agar dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang belum terbiasa dengan teknologi digital.
Kedua, kecepatan yakni memotong rantai antrean layanan publik yang selama ini menjadi keluhan warga.
“Dan ketiga, kemudahan, kami anggap menyederhanakan prosedur yang biasanya panjang, seperti pengurusan KTP, KK, atau akta kelahiran. Kini bisa lebih muda dan cepat,” jelasnya.
Program awalnya dilakukan berbasis riset, melayani 7 segmen pengguna. Dimana, konsep Lontara+ dilakukan melalui riset mendalam, FGD, dan survei publik. Hasil riset memetakan tujuh tipe pengguna utama.
“Diantaranya, segmen pelajar/mahasiswa (the adaptive learner), segmen tenaga pendidik (the effecient educator), segmen Ibu rumah tangga (the hands-on the homemaker),
Segmen Karyawan swasta (the task-oriented worker),” tuturnya.
“Ada juga segemen freelancer (the flekxible achiever), segmen wiswasta (the resilient entrepreneur), Lansia/non-digital user (determined elder),” tambah Dara Nasution.
Dikatakan, setiap segmen memiliki kebutuhan prioritas yang kemudian diakomodasi dalam aplikasi, mulai dari administrasi kependudukan, pendidikan, bantuan sosial, layanan kesehatan, perizinan usaha, informasi lowongan kerja, hingga fitur tanggap darurat dan pengaduan infrastruktur, hingga penjualan tiket stadion.
Adapun fitur untuk warga, data untuk pemerintah. Selain memudahkan masyarakat, Lontara+ juga dirancang untuk membantu ASN dan SKPD dalam memantau data layanan publik secara real time.
Informasi seperti jumlah permohonan, jenis layanan paling banyak digunakan, hingga estimasi waktu penyelesaian akan tersedia untuk mendukung pengambilan kebijakan berbasis data.
“Lontara+ bukan hanya aplikasi layanan warga, tetapi juga sistem manajemen kota. Data yang masuk akan membantu Pemkot mengetahui kebutuhan masyarakat secara cepat dan akurat,” beber Dara.
Dengan Lontara+, Pemkot Makassar menargetkan terbentuknya ekosistem digital terpadu yang mendukung visi kota unggul, inklusif, aman, dan berkelanjutan.
“Sosialisasi akan terus kami lakukan selama setahun ke depan untuk memastikan seluruh warga, termasuk yang belum terbiasa dengan teknologi, dapat memanfaatkan aplikasi ini,” tukasnya.
Gambaran umum, nama baru dari Makassar Super Apps LONTARA+, sebagai bagian dari visi besar Sapta MULIA program unggulan Wali Kota Munafri Arifuddin dan Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham untuk periode 2025–2030.
Aplikasi ini bukan sekadar alat digital, tetapi ditujukan menjadi pintu terpadu layanan publik yang inklusif, efisien, dan terintegrasi. LONTARA+ adalah simbol transformasi menuju tata kelola kota yang lebih cerdas, terbuka, dan partisipatif sebagai inti dari pelayanan publik digital.
Aplikasi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, memperluas literasi digital, sekaligus mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota. Pemerintah berharap kehadiran LONTARA+ mampu menciptakan sistem layanan yang tidak hanya cepat, tetapi juga meningkatkan kepuasan warga.
Sebagai wujud kolaborasi, Pemkot Makassar sebelumnya menggelar kompetisi penamaan “Kasih Nama APSTA” untuk melibatkan publik dalam memilih nama terbaik bagi aplikasi ini.
Ribuan usulan masuk, kemudian dikurasi dengan kriteria ketat, harus inklusif, merepresentasikan fungsi aplikasi, mengandung nilai kearifan lokal, bebas unsur SARA, mudah diingat, serta selaras dengan arah pembangunan kota.
Dari hasil kurasi, tiga nama terbaik terpilih. Teguh Indah Perputra dengan nama Sigapa, Muhammad S Karsali dengan nama Ilontara.
Andi Muhammad Alifrahman dengan nama Lota, yang akhirnya ditetapkan sebagai nama resmi aplikasi, kini dikenal dengan LONTARA+.
Ini bukan hanya tentang aplikasi baru, tetapi juga tentang rasa memiliki bersama. LONTARA+ lahir dari suara masyarakat, dan akan terus dikembangkan bersama.